Türkiye akan lanjutkan upaya perdamaian di Ukraina, Gaza, dan Sudan: Erdogan
Berbicara kepada pers di sela-sela KTT pemimpin G20 di Johannesburg, Presiden Erdogan mengatakan Ankara akan "terus bergegas ke mana-mana demi perdamaian," dan mengumumkan rencana pembicaraan dengan Rusia tentang menghidupkan kembali kesepakatan pengiriman biji-bijian.
Presiden Türkiye Tayyip Erdogan mengatakan Türkiye akan terus meningkatkan keterlibatannya dalam upaya perdamaian internasional di berbagai zona konflik, mulai dari Timur Tengah hingga Afrika dan Ukraina, menegaskan pentingnya Ankara sebagai aktor kunci dalam upaya menyelesaikan krisis global.
Berbicara kepada pers di sela-sela KTT pemimpin G20 di Johannesburg pada hari Minggu, Afrika Selatan, Presiden Erdogan mengatakan Türkiye melakukan segala upaya untuk membantu mewujudkan perdamaian yang adil dan langgeng antara Ukraina dan Rusia.
Ia juga mengatakan bahwa ia akan menelepon rekannya dari Rusia, Vladimir Putin, pada hari Senin untuk membahas kebangkitan kembali koridor gandum Laut Hitam, seraya menambahkan, "usaha kami terkait koridor gandum sebenarnya dimaksudkan untuk membuka jalan menuju perdamaian."
"Saya percaya bahwa, jika kita dapat menggerakkan proses ini, itu akan sangat bermanfaat," tambahnya.
Erdogan mengatakan Türkiye tidak akan meninggalkan satu pun upaya untuk mencoba menjadi penengah mengakhiri konflik tersebut.
"Begitu banyak orang telah tewas; saya akan membahas dengan (Putin) langkah-langkah apa yang dapat kita ambil untuk menghentikan kematian ini. Setelah diskusi ini, saya percaya saya akan mempunyai kesempatan untuk membahas hasilnya dengan mitra-mitra Eropa kami, Mr. Trump, dan teman-teman lainnya," tambahnya.
‘Genosida’ Israel di Gaza
Menjawab pertanyaan mengenai penolakan Israel terhadap partisipasi pasukan keamanan Türkiye dalam rencana pasukan stabilisasi internasional di Gaza, Erdogan mengatakan bahwa Ankara masih mengevaluasi masalah tersebut bersama kementerian pertahanannya.
"Setelah evaluasi ini, kami akan mengambil keputusan kami sendiri," kata Presiden Türkiye.
Türkiye memainkan peran kunci dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza, menjadi salah satu penandatangan kesepakatan yang ditandatangani di Mesir. Negara itu berulang kali menyatakan keinginan untuk bergabung dengan pasukan stabilisasi yang direncanakan, meskipun mendapat penolakan keras dari pemerintahan Israel.
Erdogan menegaskan kembali pendiriannya bahwa serangan di Gaza merupakan 'genosida' dan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atasnya.
Ia mengatakan perdamaian dunia tidak mungkin tercapai tanpa negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kotanya, seraya menambahkan bahwa Türkiye 'dengan tegas' mendukung perjuangan Palestina dan 'berani' membela hak-hak rakyat yang tertindas di Gaza di setiap forum.
Konflik Sudan
Berpindah ke isu Sudan, Presiden Erdogan mengatakan 'saudara-saudara Sudan' menginginkan Türkiye terlibat dalam upaya mencapai perdamaian dalam perang yang sedang berlangsung di negara itu, dan bahwa Ankara akan melakukan segala upaya untuk membantu mengakhiri konflik.
Perang pecah pada 2023 di tengah perebutan kekuasaan antara Angkatan Bersenjata Sudan dan RSF, yang pengambilalihan terakhirnya atas Al Fasher, salah satu kota terbesar Sudan, telah mengakibatkan pembunuhan massal.
Türkiye berulang kali menyatakan dukungan kepada pemerintahan Sudan dan menyerukan diakhirinya pertempuran.