Kanada kehilangan status bebas campak setelah wabah mematikan
Kanada telah mencatat 5.138 kasus campak sepanjang 2025, dengan provinsi Ontario dan Alberta menjadi wilayah yang paling terdampak.
Kanada kehilangan status bebas campak, kata otoritas kesehatan setempat pada Senin, menandai kemunduran besar akibat kebangkitan penyakit ini selama setahun terakhir—terutama di kalangan kelompok yang tidak divaksinasi.
Negara itu pertama kali dinyatakan bebas dari campak pada 1998, hasil dari upaya panjang menjaga tingkat vaksinasi anak yang tinggi secara konsisten.
Namun, wabah yang bermula di wilayah timur Kanada pada Oktober 2024 kini telah menyebar ke seluruh negeri, terutama di kalangan komunitas Kristen Mennonite yang menolak vaksinasi anak atas dasar keyakinan agama.
Dua bayi baru lahir dari ibu yang tidak divaksinasi dilaporkan meninggal akibat virus tersebut.
Health Canada, lembaga pemerintah yang menangani urusan kesehatan, menyatakan dalam keterangan bahwa pihaknya telah menerima pemberitahuan resmi dari Pan American Health Organisation (PAHO) bahwa “Kanada tidak lagi memiliki status eliminasi campak.”
Pembaruan itu disampaikan setelah PAHO—kantor kesehatan regional PBB—mengonfirmasi adanya “penularan berkelanjutan dari satu jenis virus campak yang sama di Kanada selama lebih dari satu tahun.”
Menteri kesehatan di tingkat provinsi kini “mendiskusikan langkah terkoordinasi, termasuk strategi membangun kembali kepercayaan terhadap vaksin melalui pendekatan komunitas,” kata Health Canada.
Lembaga itu menambahkan bahwa meski penularan campak “telah melambat belakangan ini,” wabah masih bertahan “terutama di komunitas dengan tingkat vaksinasi rendah.”
Samira Jeimy dari Schulich School of Medicine di Western University mengatakan kepada AFP bahwa Kanada kehilangan statusnya “karena cakupan vaksin dua dosis turun di bawah ambang batas 95 persen yang diperlukan untuk menghentikan penularan berkelanjutan.”
Penyebaran virus di komunitas yang kurang divaksinasi, menurut para ahli, “menjadi tanda nyata rapuhnya sistem kesehatan,” ujar Jeimy.
Dokter anak di Ontario menegaskan bahwa wabah ini tidak hanya terjadi di kalangan komunitas Mennonite.
Kasus infeksi juga ditemukan di antara para imigran baru dari negara berkembang yang, karena berbagai alasan, tidak melanjutkan imunisasi setelah menetap di Kanada—termasuk akibat kekurangan dokter keluarga.
Campak adalah virus pernapasan yang sangat menular dan dapat menyebar melalui percikan napas ketika penderita batuk, bersin, atau bahkan bernapas.
Penyakit ini menyebabkan demam, gejala pernapasan, serta ruam, dan dapat berujung pada komplikasi serius seperti pneumonia, radang otak, bahkan kematian.
Dalam pembaruan regional pada Senin, PAHO mengonfirmasi bahwa Kanada adalah satu-satunya negara di Amerika yang kehilangan status bebas campak, meski beberapa negara lain—termasuk Amerika Serikat—juga menghadapi penularan aktif.
Pada 2025, Amerika Serikat mengalami wabah campak terburuk dalam lebih dari 30 tahun terakhir, dengan lebih dari 1.600 kasus terkonfirmasi.
Sebuah jajak pendapat Washington Post pada September menunjukkan bahwa satu dari enam orang tua di AS menunda atau melewatkan sebagian atau seluruh vaksinasi standar untuk anak-anak mereka.
Sekitar sembilan persen bahkan memilih untuk tidak memberikan vaksin polio atau MMR (campak, gondok, rubela) kepada anaknya, menurut survei itu.
Penolakan terhadap vaksin meningkat pesat di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir, dipicu oleh klaim palsu yang mengaitkan vaksin dengan autisme.
Menteri Kesehatan AS, Robert F Kennedy Jr, turut berperan besar dalam memperkuat ketakutan itu dengan terus mengulangi klaim yang sudah terbukti salah.