Sedikitnya 35 tewas akibat banjir yang melanda Vietnam tengah
Hujan ekstrem menenggelamkan rumah-rumah, merusak situs warisan, dan membuat ribuan orang terjebak di tengah banjir.
Hujan ekstrem dan banjir bandang di Vietnam tengah telah menewaskan setidaknya 35 orang dan membuat lima orang hilang, kata otoritas setempat pada Minggu. Pihak berwenang terus berupaya menangani salah satu banjir terparah di wilayah itu dalam beberapa dekade terakhir.
Hujan deras melanda provinsi pesisir Vietnam sejak akhir pekan lalu, dengan curah hujan mencapai 1,7 meter dalam 24 jam—angka tertinggi yang pernah tercatat di wilayah tersebut, menurut Badan Penanggulangan Bencana dan Pengelolaan Bendungan Vietnam (VDDMA).
Korban tewas dilaporkan terjadi di provinsi Hue, Da Nang, Lam Dong, dan Quang Tri, di mana air banjir menenggelamkan rumah, jalan, dan lahan pertanian.
Di Hoi An, situs Warisan Dunia UNESCO, air banjir mencapai setinggi pinggang orang dewasa, memaksa warga menavigasi kota tua menggunakan perahu kayu.
“Semua orang shock setelah banjir ini,” kata Chuong Nguyen, 43 tahun, seorang warga setempat. “Orang-orang sudah bersiap, tapi tidak menyangka air akan setinggi ini.”
100.000 rumah terendam
VDDMA menyatakan lebih dari 16.500 rumah masih terendam, lebih dari 40.000 ternak dan unggas hanyut, dan lebih dari 5.300 hektar lahan pertanian terendam.
Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup Vietnam sebelumnya menyebut lebih dari 100.000 rumah terdampak banjir, dan 150 longsor dilaporkan di berbagai provinsi.
Para ahli memperingatkan bahwa perubahan iklim yang dipicu manusia semakin memperparah cuaca ekstrem, sehingga badai dan banjir di Asia Tenggara menjadi lebih mematikan dan merusak.
Terletak di salah satu zona siklon tropis paling aktif di dunia, Vietnam biasanya menghadapi sekitar sepuluh topan atau badai tropis setiap tahun, namun tahun 2025 telah mencatat 12 peristiwa.
Bencana alam, terutama banjir, badai, dan longsor, telah menewaskan atau membuat hilang 187 orang di Vietnam selama sembilan bulan pertama tahun ini, dengan kerugian ekonomi lebih dari US$610 juta, menurut data pemerintah.