Pelaku ledakan di masjid SMAN 72 Jakarta terinspirasi serangan neo-Nazi dan aksi balas dendam
Polisi menyebut pelajar berusia 17 tahun yang diduga menjadi pelaku ledakan di masjid SMAN 72 Jakarta melakukan aksinya sendiri, dipicu rasa dendam, dan terinspirasi serangan ekstrem di luar negeri.
Polisi mengungkap bahwa pelajar yang diduga menjadi pelaku ledakan di masjid SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pekan lalu, terinspirasi oleh serangan-serangan berdarah yang dilakukan kelompok supremasi kulit putih dan neo-Nazi. Aksi tersebut didorong oleh motif balas dendam serta perasaan kesepian.
Ledakan terjadi saat salat Jumat di kompleks sekolah pada Jumat (7/11), melukai sedikitnya 96 orang. Polisi menemukan tujuh bom rakitan di sekitar lokasi kejadian, sebagian disembunyikan dalam kaleng minuman ringan dan sebagian diaktifkan menggunakan remote control, sementara tiga di antaranya gagal meledak.
Selain itu, petugas juga menemukan pistol mainan bertuliskan kata “vengeance” (balas dendam). Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri menyebut pelaku sebagai “anak berhadapan dengan hukum” tanpa mengungkap identitasnya, karena masih berusia 17 tahun dan merupakan siswa di sekolah yang berdekatan dengan lokasi masjid.
Pejabat Densus 88, Mayndra Eka Wardhana, mengatakan pelaku bertindak sendirian (lone wolf) dan terpengaruh oleh komunitas daring yang mengagungkan kekerasan. “Ia terinspirasi dari pelaku penembakan di Christchurch dan Columbine. Ia merasa tidak punya tempat untuk berbagi keluhan, baik di rumah maupun di sekolah,” ujarnya.
Polisi menegaskan pelaku tidak tergabung dalam jaringan teror tertentu maupun menganut ideologi ekstrem. Saat ini, pelaku masih menjalani pemulihan setelah menjalani operasi akibat luka di kepala yang diderita saat ledakan terjadi.