Israel telah menewaskan setidaknya 27 warga Palestina dan melukai 77 lainnya di Gaza yang dikepung, menandai pelanggaran baru terhadap kesepakatan gencatan senjata bulan lalu yang dimediasi oleh AS, dengan pembantaian itu terjadi saat Pangeran Mahkota Saudi mengunjungi Washington DC.
Pertahanan Sipil Gaza mengatakan pada hari Rabu bahwa serangan Israel menargetkan area di mana pasukannya telah mundur berdasarkan perjanjian gencatan senjata.
Laporan media lokal menunjukkan bahwa 17 perempuan dan anak-anak termasuk di antara mereka yang dibantai oleh Israel.
Tentara Israel juga mengonfirmasi menyerang al-Mawasi di Khan Younis, Gaza selatan.
Menurut kantor berita Palestina, Israel melakukan tiga serangan terpisah di Kota Gaza di utara wilayah Palestina dan di Khan Younis di selatan.
Setidaknya 12 orang tewas di sekitar Kota Gaza, sementara 10 lainnya tewas dalam serangan di Khan Younis.
Ketiga serangan Israel tersebut berada jauh melampaui garis "kuning" imajiner yang disepakati yang memisahkan daerah yang masih diduduki Israel dan daerah dari mana pasukan Israel sudah mundur, menurut tenaga medis, saksi, dan media Palestina.
Salah satu serangan menargetkan sebuah bangunan milik otoritas keagamaan Muslim di lingkungan Zeitoun, dan serangan di Khan Younis mengenai sebuah klub yang dijalankan PBB, keduanya menampung keluarga-keluarga Palestina pengungsi.
"Tim darurat terus mencari korban yang masih hidup dan mengevakuasi yang terluka, karena jumlah korban diperkirakan masih akan meningkat," lapor kantor berita WAFA.
Hampir 400 pelanggaran gencatan senjata
Israel melakukan pembantaian itu saat Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman sedang melakukan tur di ibu kota AS.
Selama kunjungannya, ia mengadakan pembicaraan pertahanan dan perdagangan dengan Presiden AS Donald Trump dan menyatakan kesediaan untuk bergabung dengan Abraham Accords dengan Israel, dengan syarat ada "jalur yang jelas" menuju kemerdekaan Palestina.
Trump berulang kali mengklaim telah menghentikan tujuh konflik dalam tujuh bulan, termasuk memediasi perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun, serangan berulang Israel di Gaza dan Lebanon sebelahnya mempersulit upaya Trump.
Sementara itu, kelompok perlawanan Palestina Hamas mengecam serangan Israel sebagai "eskalasi berbahaya", memperingatkan bahwa tindakan itu membahayakan gencatan senjata yang rapuh.
"Kami menganggap ini sebagai eskalasi berbahaya di mana penjahat perang (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu berupaya melanjutkan genosida terhadap rakyat kami," tulis Hamas dalam sebuah pernyataan.
Otoritas kesehatan Palestina mengatakan militer Israel telah melakukan 393 serangan, menewaskan setidaknya 290 warga Palestina dan melukai hampir 700 orang dalam serangan di seluruh Gaza sejak gencatan senjata 10 Oktober.
Jumlah korban harian tertinggi tercatat pada 29 Oktober, ketika Israel menewaskan lebih dari 100 orang.
Konflik yang digambarkan sebagai genosida oleh beberapa pihak di Gaza telah menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, melukai lebih dari 170.000 orang, dan meratakan wilayah tersebut.
Para pakar menyarankan angka ini mungkin merupakan perhitungan rendah, dengan jumlah kematian yang sebenarnya berpotensi mendekati 200.000.
Hampir semua warga Palestina telah dipaksa meninggalkan rumah mereka selama lebih dari dua tahun konflik di kantong yang kecil dan padat ini sejak 7 Oktober 2023, dengan banyak yang kini tinggal di tenda dan tempat penampungan sederhana lainnya.
Akhir-akhir ini warga Palestina dihantam hujan lebat dan gelombang badai yang merusak beberapa penampungan, membuat kasur dan selimut basah serta menambah penderitaan meskipun ada gencatan senjata yang terus dilanggar oleh Israel.
Pemerintah Gaza memperkirakan kerugian akibat cuaca badai sekitar US$4,5 juta, termasuk 22.000 tenda, makanan dan obat-obatan yang rusak serta kerusakan infrastruktur, sementara kelompok bantuan lokal mengatakan 300.000 tenda baru sangat dibutuhkan.
Juru bicara UNICEF Tess Ingram mengatakan persediaan agen itu untuk kebutuhan tempat berteduh keluarga akan habis dalam beberapa hari dan mendesak pihak berwenang Israel untuk mengizinkan lebih banyak pasokan secepat mungkin.
