Perang Israel terhadap Gaza Memicu Islamofobia di Seluruh Eropa: Laporan

Laporan tersebut menyoroti rasisme anti-Muslim yang sistematis di seluruh Eropa, dengan menyebutkan undang-undang diskriminatif, kejahatan kebencian, dan erosi hak-hak, serta mendesak tindakan segera untuk mengatasi ketidakadilan ini.

Umat Muslim di Eropa menghadapi rasisme dan diskriminasi yang semakin meningkat, dari sekolah hingga tempat kerja. Sejak serangan Israel terhadap Palestina di Gaza pada 7 Oktober 2023, retorika anti-Muslim telah meningkat di Prancis, Austria, dan Swiss, serta Jerman, Finlandia, dan Austria berada di puncak daftar. / TRT World

Serangan Israel terhadap Gaza Memicu Kenaikan Islamofobia di Eropa, Menurut Laporan Terbaru

Menurut laporan baru, serangan Israel terhadap Gaza telah menyebabkan peningkatan signifikan dalam Islamofobia di seluruh Eropa.

"Laporan Islamofobia Eropa 2023," yang mengkaji sentimen anti-Muslim di 28 negara Eropa, mengungkapkan bahwa serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah memicu lonjakan Islamofobia, khususnya di Eropa Barat.

Laporan ini disunting oleh Enes Bayrakli dari Turkish-German University di Istanbul dan Farid Hafez dari Universitas William & Mary di AS, dan dipresentasikan dalam konferensi pers daring pada hari Sabtu.

Laporan tersebut menyoroti beberapa isu utama dan didukung oleh berbagai institusi dan organisasi di AS dan Eropa.

Di antaranya adalah pengakuan terhadap Hari Internasional Melawan Islamofobia di negara-negara Eropa, peningkatan sentimen anti-Muslim pasca genosida Israel di Gaza, serta penyebaran disinformasi tentang Muslim di media arus utama dan media sosial.

Rasisme Institusional

Laporan tersebut mencatat bahwa di Prancis, pernyataan pro-Israel Presiden Emmanuel Macron setelah operasi Hamas pada Oktober 2023 telah memperburuk rasisme institusional terhadap Muslim.

Kawtar Najib, yang menulis bagian Prancis dalam laporan tersebut, menunjukkan bahwa larangan jilbab di sekolah-sekolah oleh pemerintah telah menimbulkan kekhawatiran signifikan bagi siswa Muslim dan keluarga mereka. Langkah ini dipandang sebagai tanda institusionalisasi sentimen anti-Muslim di Prancis.

Najib juga merujuk pada pembunuhan polisi terhadap Nahel Merzouk, seorang remaja berusia 17 tahun, pada Juni 2023, serta ketidakhadiran penangkapan segera terhadap polisi yang terlibat, yang memicu protes dan ketakutan di kalangan komunitas Muslim.

Eksploitasi Politik

Di Swiss, peneliti Nadia Lahdili menemukan bahwa meningkatnya sentimen anti-imigran telah berkontribusi langsung pada kenaikan Islamofobia. Pada tahun 2023, tercatat 1.058 insiden Islamofobia, termasuk 876 insiden yang melibatkan diskriminasi rasial dan 62 kasus serangan anti-Muslim.

Lahdili mencatat bahwa wanita Muslim, terutama yang mengenakan jilbab, menghadapi diskriminasi signifikan di tempat kerja, di mana mereka sering kali terhalang untuk naik jabatan.

Laporan tersebut juga membahas eksploitasi politik terhadap pakaian Islam oleh politisi selama kampanye pemilu, yang berkontribusi pada meningkatnya Islamofobia institusional.

Penutupan Masjid

Hikmet Karcic dari Universitas Sarajevo menyoroti meningkatnya retorika anti-Muslim yang radikal di Bosnia dan Herzegovina, terutama oleh nasionalis Serbia. Hal ini telah menimbulkan ketegangan yang mencerminkan situasi serupa di Prancis dan Swiss, dengan bahasa yang bermusuhan digunakan untuk melemahkan keragaman multikultural di Sarajevo.

Laporan tersebut mencatat bahwa penutupan beberapa masjid dan pembangunan hotel di atas lahan yang seharusnya digunakan untuk masjid adalah bagian dari upaya untuk menghapus warisan budaya negara tersebut dan mendorong sentimen anti-Muslim.

Meningkatnya Islamofobia di Austria

Farid Hafez menyoroti Austria, di mana Uni Emirat Arab terlibat dalam pendanaan kelompok-kelompok anti-Muslim.

Retorika anti-Muslim meningkat setelah pecahnya serangan Israel terhadap Gaza, dan beberapa sekolah di Austria mengadakan lokakarya untuk mengatasi radikalisasi, yang dalam beberapa kasus justru menyebarkan sentimen Islamofobia.

Laporan tersebut juga menyoroti bagaimana protes terhadap kekerasan di Gaza ditekan oleh polisi, dengan Austria memilih untuk menentang resolusi Majelis Umum PBB yang mendesak gencatan senjata.

Laporan ini menekankan peningkatan kekhawatiran terhadap lonjakan sentimen anti-Muslim di seluruh Eropa, yang dipicu oleh retorika politik dan media sosial.

Seiring dengan semakin mengakar-nya Islamofobia, laporan tersebut mendesak diterapkannya langkah-langkah yang lebih efektif untuk memerangi diskriminasi dan melindungi komunitas Muslim di seluruh benua Eropa.

Sumber: TRT World dan Agensi