Korban tewas banjir di negara-negara Asia lewati 1.500, desakan regulasi ketat deforestasi meningkat

Lebih dari 1.500 orang tewas akibat banjir dan longsor besar di Asia, dengan ratusan masih hilang dan hujan baru diperkirakan memperburuk keadaan.

By
Korban menutupi hidungnya di area terdampak banjir bandang di Aceh Tamiang, Sumatera, Indonesia, Kamis, 4 Desember 2025. (Foto AP/Binsar Bakkara)

Lebih dari 1.500 orang dipastikan tewas akibat rangkaian banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah Asia sejak pekan lalu.

Korban tewas terus bertambah pada Kamis, sementara tim pencarian berupaya menjangkau para penyintas yang masih terjebak dan ratusan lainnya yang belum ditemukan di beberapa negara.

Peringatan cuaca baru dikeluarkan untuk Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh, dengan prakiraan hujan lebat dalam beberapa hari mendatang. Kekhawatiran meningkat bahwa curah hujan tambahan dapat memperburuk kondisi di kawasan yang sebelumnya sudah luluh lantak diterjang banjir.

Di tengah upaya tanggap darurat, para ahli lingkungan menyoroti dampak kerusakan hutan selama bertahun-tahun—mulai dari ekspansi perkebunan sawit hingga penambangan dan pembangunan yang tak terkendali—yang diduga memperparah skala kehancuran.

Rangga Adiputra, seorang guru berusia 31 tahun dari Sumatra Barat yang rumahnya hanyut dibawa arus, meminta pemerintah bertindak tegas. Ia mengatakan bukit-bukit di atas desanya, di pinggiran Kota Padang, telah rusak oleh pembalakan liar. “Kami butuh pemerintah menyelidiki dan memperbaiki tata kelola hutan,” ujarnya. 

“Jangan sampai bencana sebesar ini terulang kembali.” tambahnya dikutip dari AP.

Hingga Kamis, otoritas masing-masing negara melaporkan 836 korban jiwa di Indonesia, 479 di Sri Lanka, 185 di Thailand, dan tiga korban di Malaysia.

Ratusan orang masih hilang sementara operasi pencarian terus dilakukan di daerah yang terisolasi; ribuan rumah hancur atau rusak berat sehingga memaksa warga mengungsi ke penampungan darurat; dan jutaan penduduk terdampak oleh kerusakan infrastruktur, keterbatasan air bersih, pangan, dan layanan kesehatan, membuat banyak wilayah lumpuh dan kebutuhan bantuan kian mendesak.