Mayat-mayat menumpuk di dalam rumah-rumah di Kordofan Utara, Sudan, karena RSF menghalangi pemakaman

Jaringan Dokter Sudan menyebut tindakan keji RSF di Bara sebagai "pemandangan yang mencerminkan bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia dan pembunuhan sistematis yang paling mengerikan."

Sekitar 71.000 orang mengungsi akibat bentrokan di Al Fasher, Sudan.

Sebuah kelompok medis Sudan menuduh Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menumpuk puluhan jenazah di dalam rumah-rumah di kota Bara, negara bagian Kordofan Utara.

“Puluhan jenazah ditumpuk di dalam rumah setelah RSF mencegah keluarga korban untuk menguburkan mereka, meninggalkan jenazah terperangkap di rumah-rumah mereka sementara yang hidup dikelilingi oleh ketakutan, kelaparan, dan kehausan,” kata Jaringan Dokter Sudan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

Mereka menyebut kekejaman RSF di Bara sebagai “pemandangan yang menggambarkan bentuk pelanggaran hak asasi manusia dan pembunuhan sistematis yang paling mengerikan.”

Kelompok tersebut melaporkan bahwa jumlah warga sipil yang hilang di kota itu meningkat setiap hari di tengah “pemadaman komunikasi total dan tidak adanya kehadiran medis atau kemanusiaan yang efektif di kota tersebut.”

Dokter melaporkan adanya pengungsian massal dari Bara dalam kondisi yang sangat sulit, karena sebagian besar warga sipil terpaksa melarikan diri dengan berjalan kaki tanpa makanan, obat-obatan, atau tempat berlindung.

“Layanan kesehatan telah benar-benar runtuh, dan penyakit serta malnutrisi menyebar di kalangan anak-anak, perempuan, dan lansia,” kata jaringan tersebut, memperingatkan bahwa serangan RSF di Bara merupakan “kejahatan terhadap kemanusiaan dalam segala ukuran.”

Ribuan orang tewas

Kelompok tersebut menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil tindakan segera dan serius guna menghentikan pelanggaran ini, membuka koridor aman bagi warga sipil, dan memungkinkan keluarga untuk menguburkan jenazah dengan martabat.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) memperkirakan bahwa lebih dari 38.000 orang telah melarikan diri dari Kordofan Utara dan Selatan akibat memburuknya keamanan di wilayah tersebut sejak akhir Oktober.

RSF baru-baru ini mengambil alih kendali Bara dan Al Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, sebagai bagian dari perang yang sedang berlangsung dengan tentara Sudan, meskipun mereka membantah menargetkan warga sipil.

Sejak 15 April 2023, tentara Sudan dan RSF telah terlibat dalam perang yang tidak dapat dihentikan oleh mediasi regional maupun internasional.

Konflik ini telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan lainnya mengungsi.