Pertukaran tahanan keenam antara Hamas dan Israel selesai dilakukan dalam gencatan senjata di Gaza
Amerika Serikat "harus memaksa" Israel untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata "jika benar-benar peduli dengan nyawa para sandera tahanan", kata Hazem Qassem, juru bicara Hamas.
Pasukan Pejuang perlawanan Palestina, Hamas, membebaskan tiga tawanan Israel sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel, menyelesaikan pertukaran terbaru meskipun ada kekhawatiran bahwa kesepakatan gencatan senjata di Gaza bisa jadi runtuh.
Seorang jurnalis AFP menyaksikan anggota Hamas menggunakan penutup muka mengarak para tawanan ke atas panggung di hadapan kerumunan di kota Khan Younis, Gaza bagian selatan.
Sagui Dekel-Chen, warga Israel-Amerika; Sasha Trupanov, warga Israel-Rusia; dan Yair Horn, warga Israel-Argentina, diminta memberikan pernyataan melalui mikrofon sebelum diserahkan kepada Palang Merah dan dibawa kembali ke wilayah Israel, setelah ditahan selama lebih dari 16 bulan.
Sambil memegang tas hadiah yang diberikan oleh para “penculik” mereka, ketiga pria tersebut, yang didampingi oleh pasukan pejuang tersebut, menyerukan agar pertukaran tawanan lebih lanjut dapat diselesaikan di bawah kesepakatan gencatan senjata.
Tak lama setelah itu, sebuah bus yang membawa tahanan Palestina meninggalkan Penjara Ofer Israel dan disambut oleh kerumunan yang bersorak di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, menurut seorang jurnalis AFP.
Bus-bus lain membawa tahanan dari sebuah penjara Israel di gurun Negev ke Jalur Gaza, menurut jurnalis AFP lainnya.
Pertukaran yang terjadi pada hari Sabtu, merupakan pertukaran keenam sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, terjadi setelah Hamas mengancam untuk menghentikan pembebasan tawanan karena dugaan pelanggaran oleh Israel, sementara Israel mengancam akan melanjutkan perang jika itu terjadi.
Dari 251 tawanan yang disita selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel, 70 orang masih berada di Gaza, termasuk 35 orang yang menurut militer Israel telah meninggal.
Tahap berikutnya
Kemudian pada hari yang sama, ratusan warga Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel tiba di Khan Younis, Gaza selatan, di mana mereka membuat tanda kemenangan dan melambaikan tangan kepada kerumunan yang bersorak gembira.
Di Tepi Barat, seorang tahanan yang dibebaskan, Amir Abu Radaha, berkata: "Saya telah kembali ke keluarga saya dan saya telah kembali lagi, terlahir kembali."
Didakwa dengan sengaja menyebabkan kematian dan menjadi anggota organisasi ilegal, menurut catatan kementerian kehakiman Israel, Abu Radaha telah menghabiskan hampir 32 tahun di penjara.
Israel mengonfirmasi telah membebaskan total 369 tahanan.
Menurut kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina, mereka yang akan dibebaskan termasuk 36 orang yang menjalani hukuman seumur hidup, 24 di antaranya akan dideportasi berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata.
Orang-orang yang dideportasi, dengan kepala yang dicukur, kemudian tiba dengan bus di sisi perbatasan Mesir, kata seorang koresponden AFP.
Gambar yang disiarkan di media Israel menunjukkan tahanan Palestina mengenakan kaus oblong bergambar logo lembaga pemasyarakatan, Bintang Daud, dan slogan: "Kami tidak akan melupakan dan tidak akan memaafkan."
Negosiasi mengenai fase kedua gencatan senjata, yang dimaksudkan untuk menetapkan langkah-langkah menuju akhir perang yang lebih permanen, diperkirakan akan dimulai minggu depan.
AS "harus memaksa" Israel
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang negaranya merupakan pendukung utama Israel dan salah satu mediator gencatan senjata, akan tiba di Israel Sabtu malam menjelang pembicaraan yang diharapkan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai gencatan senjata.
Hazem Qassem, juru bicara Hamas, mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah pembebasan tawanan pada hari Sabtu bahwa Amerika Serikat "harus memaksa" Israel untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata "jika benar-benar peduli dengan kehidupan para tahanan".
Kepala militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, mengatakan bahwa meskipun upaya terus dilakukan untuk membawa pulang tawanan yang masih berada di markas Hamas, militernya "secara bersamaan mempersiapkan rencana ofensif".
Sebuah grup kampanye Forum Sandera dan Keluarga Hilang di Israel, memperingatkan dalam sebuah pernyataan tentang kalau kesepakatan tersebut dapat "runtuh".
SUMBER: AFP