Diari tersangka pengeboman SMAN 72 ungkap pelaku terisolasi dan aktif di grup ekstremis online

Polisi Indonesia mengatakan pelajar berusia 17 tahun yang diduga meledakkan bom di masjid sekolahnya di Jakarta telah mendokumentasikan kesendiriannya dalam buku harian dan mengikuti grup Telegram yang mengagungkan serangan supremasi kulit putih.

By
Polisi dan Tim keamanan berjaga di depan gerbang SMAN 72 Jakarta.

Kepolisian Indonesia mengatakan remaja yang dituduh mengebom masjid sekolahnya di Jakarta telah mendokumentasikan perasaan terisolasi dalam buku harian setebal 42 halaman dan aktif di grup Telegram yang merayakan kekerasan supremasi kulit putih.

Ledakan awal November tersebut melukai 96 orang saat salat Jumat. 

Penyidik ​​mengatakan remaja berusia 17 tahun itu bertindak sendiri, merakit tujuh bom kecil di rumah menggunakan tutorial YouTube dan materi yang dibeli daring tanpa terdeteksi. 

Empat bom meledak; tiga gagal meledak.

Penggerebekan di rumahnya menemukan sebuah buku catatan berjudul "Diary Reb," yang berisi sketsa tata letak sekolah dan tanggal serangan, serta catatan tentang trauma pribadi dan pikiran untuk bunuh diri. 

Kerabat mengatakan ia semakin menarik diri setelah perceraian orang tuanya.

Polisi mengatakan ia bergabung dengan kanal Telegram internasional yang membahas serangan seperti penembakan di Christchurch dan Columbine. Telegram mengatakan konten kekerasan dilarang dan dihapus menggunakan perangkat AI.

Tersangka diperlakukan sebagai remaja dan masih dirawat di rumah sakit setelah bom bunuh diri gagal meledak. Pihak berwenang akan menilai apakah ia layak untuk diadili.

Pemerintah Indonesia telah memperketat pembatasan media sosial bagi pengguna muda di tengah kekhawatiran akan radikalisasi daring. Hampir dua pertiga pengguna media sosial di negara ini adalah Generasi Z.

Pada hari yang sama, polisi juga menangkap lima orang dewasa yang dituduh merekrut lebih dari 100 anak ke dalam “jaringan teroris”, yang menggarisbawahi kekhawatiran tentang radikalisasi anak muda secara daring.