Banjir susulan melanda Pidie Jaya, krisis di Aceh semakin memburuk

Posko Penanggulangan Bencana Aceh memperingatkan risiko tinggi bagi pengguna jalan, terutama rute Pidie Jaya–Bireuen, akibat naiknya permukaan air yang menutup jalan.

By
Seorang warga berdiri di dekat puing-puing saat memeriksa area yang terkena banjir bandang mematikan akibat hujan deras di Pidie Jaya, Aceh. / Reuters

Banjir kembali terjadi Kabupaten Pidie Jaya setelah hujan intens mengguyur wilayah itu sejak Sabtu sore, memicu genangan yang menutup jalur nasional hingga larut malam. Posko Penanggulangan Bencana Aceh memperingatkan risiko tinggi bagi pengguna jalan, terutama rute Pidie Jaya–Bireuen, akibat naiknya permukaan air yang menutup jalan, pada hari Sabtu (6/12).

Banjir susulan ini memperburuk situasi di Aceh, yang dalam dua pekan terakhir terus dilanda krisis akibat hujan ekstrem.

Di Aceh Tamiang, kerusakan terparah terlihat di sejumlah wilayah. Gubernur Aceh Muzakir Manaf mengatakan banyak kampung yang sekarang “tinggal nama” setelah dihantam banjir hebat pekan lalu.

Rekaman dari Kuala Simpang, Aceh, Minggu, memperlihatkan pemukiman dan fasilitas umum digenangi air. Banyak infrastruktur rusak, sementara tim darurat terus bergerak menilai skala kehancuran.

 Akses tertutup tumpukan kayu

Salah satu yang terdampak adalah Desa Sekumur, tempat banjir bandang menyapu 280 rumah. Kini hanya masjid yang tersisa, dikelilingi lautan kayu gelondongan yang mencapai tinggi mendekati atap bangunan. Warga terlihat bertahan di atas tumpukan kayu itu, sementara sebagian besar permukiman telah hilang sejak banjir menerjang pada 27 November.

Kondisi serupa terjadi di Desa Tanjung Karang, Karang Baru, Aceh Tamiang. Lumpur dan balok kayu menimbun wilayah sekitar Pondok Pesantren Darul Mukhlishin, menutup akses menuju desa tersebut. Hanya bangunan masjid dan area ponpes yang masih tampak utuh, sementara lahan di sekitarnya rata tertutup material banjir.

Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa Indonesia akan memperkuat kapasitas penanganan bencana dengan rencana pembelian hingga 200 helikopter pada 2026, yang akan digunakan untuk kebutuhan pertahanan dan respons bencana alam.