TÜRKİYE
3 menit membaca
Ahli forensik dunia berkumpul di Turkiye, soroti HAM dan inovasi
Dengan tema “Hak Asasi Manusia dan Keahlian di Dunia,” acara ini menghadirkan 24 panel dan 164 presentasi.
Ahli forensik dunia berkumpul di Turkiye, soroti HAM dan inovasi
Kongres ditutup dengan panel tentang “Pelatihan Spesialis Kedokteran Forensik” dan foto keluarga para peserta. / AA
30 September 2025

Pelanggaran hak asasi manusia di Palestina menjadi sorotan dalam 20th International Forensic Medicine Days, kongres internasional selama sepekan yang berlangsung di Antalya, Turkiye, pada 22–28 September. Acara ini mempertemukan hampir 800 ahli forensik, akademisi, serta anggota lembaga peradilan dari 27 negara.

Diselenggarakan di Fasilitas Pelatihan dan Sosial Yayasan Penguatan Peradilan Antalya, kongres ini menghadirkan perwakilan lembaga forensik, akademisi, pejabat tinggi peradilan, serta pakar dari 28 negara.

Dengan mengusung tema “Hak Asasi Manusia dan Keahlian di Dunia,” kegiatan ini menampilkan 24 panel dengan 164 presentasi — terdiri atas 64 presentasi lisan dan 102 poster — di mana para pakar lokal maupun internasional berbagi pengalaman serta inovasi dalam bidang forensik.

Sepanjang sepekan, berbagai isu dibahas. Mujo Begic, kepala Missing Persons Institute Bihac Office di Universitas Bihac, Bosnia dan Herzegovina, memaparkan pengalaman negaranya dalam pencarian, ekshumasi, dan identifikasi korban genosida. Sementara itu, Ditor Haliti, ahli forensik asal Kosovo, berbicara mengenai identifikasi orang hilang di Kosovo.

Melahat Elif Gunce Eskikoy, manajer regional forensik Eurasia di Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Delegasi Beograd, menjelaskan aktivitas forensik ICRC di bawah hukum humaniter. Sedangkan Ebu Hazim Esref Nasrullah, hakim di Pengadilan Tinggi Gaza, Palestina, menyoroti pelanggaran HAM dan peran saksi ahli di Gaza.

Teknologi baru di bidang forensik

Duarte Nuno Vieira, presiden Akademi Kedokteran Nasional Portugal, menekankan peran ilmu forensik dalam mendeteksi pelanggaran HAM. Agnieszka Lukomska, presiden European Network of Forensic Science Institutes (ENFSI) sekaligus kepala Laboratorium Forensik Kepolisian Polandia, berbagi pengalaman negaranya dalam mengidentifikasi korban bencana.

Teknologi baru juga menjadi sorotan. Ivan Siparov, pakar forensik audio, membahas teknik analisis suara yang dihasilkan AI, sementara Prof. Sebastiano Battiato dari Departemen Matematika dan Ilmu Komputer Universitas Catania, Italia, memaparkan metode evaluasi gambar hasil AI.

Selain itu, Fa Kebba Darboe, presiden Lembaga Kedokteran Forensik Gambia, menjelaskan organisasi dan sistem kerja kedokteran forensik di negaranya. Kolonel Muhudin Ahmed Osman, kepala Departemen Investigasi Kriminal Kepolisian Somalia, berbagi pendekatan forensik Somalia. Prof. Mohammed Ranavaya, wakil dekan Joan C. Edwards School of Medicine di Marshall University, Amerika Serikat, menyoroti isu penipuan, rekayasa, dan klaim berlebihan dalam kasus cedera serta disabilitas di AS.

Pertemuan komprehensif

Kongres ini juga menghadirkan tokoh-tokoh internasional terkemuka, antara lain James Louis Caruso, presiden American Academy of Forensic Sciences; Nor Aidora, presiden Asian Forensic Sciences Network; Yanko Kolev, presiden International Association of Forensic Sciences; Dina Shokry, presiden Arab Union of Forensic Science and Toxicology; serta Michael Thali, direktur Institute of Forensic Medicine Universitas Zurich.

Dr. Hizir Asliyuksek, presiden Lembaga Kedokteran Forensik sekaligus ketua kongres, menyampaikan bahwa acara ini telah digelar sejak 1984, dan empat edisi terakhir dilaksanakan secara internasional.

Ia menambahkan, dengan partisipasi Uni Emirat Arab tahun ini, jumlah negara yang terwakili mencapai 27, dengan total 783 peserta.

Kongres ditutup pada Minggu dengan panel bertema “Pelatihan Spesialis Kedokteran Forensik” serta sesi foto bersama, menandai berakhirnya salah satu pertemuan paling komprehensif di dunia dalam bidang ilmu forensik.

SUMBER:TRT World & Agencies