Promotor perjudian online menggunakan taktik pemasaran yang menyesatkan untuk menjangkau pengguna Indonesia di berbagai platform Meta, meski perusahaan tersebut memiliki aturan ketat dan pemerintah tengah menggencarkan penindakan terhadap praktik ilegal ini.
Investigasi AFP menemukan puluhan iklan berbayar bertema judi online yang disamarkan sebagai konten tidak mencurigakan demi mengakali larangan Meta atas promosi semacam itu di Indonesia.
Perjudian online maupun offline—termasuk mempromosikannya—telah dilarang di Indonesia, namun miliaran dolar tetap mengalir dalam sektor ini setiap tahunnya.
Meta berpotensi menghadapi sanksi pemerintah apabila tidak segera menangani pelanggaran tersebut.
Unggahan di Facebook, Instagram, dan Threads tampak mempromosikan game atau pengobatan penyakit seperti diabetes. Namun, tautannya justru mengarah ke situs judi online.
“Ini makin mengganggu,” ujar Zee, gamer Indonesia berusia 32 tahun yang menemukan iklan tersebut di Instagram.
“Aku curiga target mereka adalah orang yang suka main game, sehingga anak-anak pun bisa melihat iklan seperti ini,” kata Zee, yang meminta identitas aslinya dirahasiakan demi privasi.
Pengguna lain, Moli (24), mengatakan ia rutin melaporkan iklan-iklan serupa di Instagram, namun unggahan tersebut tetap muncul kembali.
Meta tidak menanggapi permintaan komentar, namun hampir puluhan iklan yang dibagikan sebagai sampel oleh AFP kemudian dihapus.
Hukuman berat
Pemerintah menyebut telah memblokir lebih dari 5,7 juta konten terkait perjudian online dalam delapan tahun terakhir.
Polisi juga meningkatkan penindakan, termasuk menangkap sedikitnya 85 influencer tahun lalu karena mempromosikan judi online.
Hukuman yang dijatuhkan tergolong berat, termasuk ancaman penjara hingga 10 tahun, sementara pemain judi dapat dikenai hukuman hingga empat tahun.
Kementerian Komunikasi dan Digital secara rutin meminta platform media sosial menghapus konten terkait perjudian, dan akan mengeluarkan surat peringatan jika permintaan tersebut tidak dipenuhi.
“Jika tidak ada tindakan, surat peringatan ketiga akan dikirim, disertai sanksi tambahan dan potensi pemutusan akses,” ujar Alexander Sabar, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital, kepada AFP.
Pada Oktober, kementerian sempat menangguhkan izin operasi TikTok karena platform tersebut menolak memberikan data terkait dugaan monetisasi siaran langsung dari akun yang dicurigai terlibat perjudian.
Saat ditanya apakah Meta akan dipanggil menyusul temuan iklan judi berbayar tersebut, Sabar mengatakan kementerian terus menjalin komunikasi dengan berbagai platform dan kerap membahas persoalan konten perjudian.
Ia menegaskan bahwa kementerian “mendorong seluruh platform digital untuk memperkuat sistem deteksi dan moderasi iklan sesuai peraturan Indonesia”.
“Jika pelanggaran terus berulang dan tidak ditangani, kami akan melakukan penegakan sesuai regulasi,” ujarnya.
Umpan dan jebakan
Antara September hingga November, AFP menemukan puluhan iklan judi online aktif di Indonesia yang muncul dalam Meta Ad Library, platform transparansi iklan berbayar milik perusahaan AS tersebut.
Sebagian iklan menawarkan tips “cara menurunkan diabetes”, sementara lainnya membahas manfaat kesehatan berbagai jenis buah.
AFP menemukan sebuah akun yang menjalankan 49 iklan judi online dengan judul “Delima: Buah Merah Eksotis Kaya Manfaat”.
Keterangan unggahan itu tampak tidak mencurigakan, namun tautannya mengarahkan pengguna ke situs judi online yang menjanjikan pengguna baru bisa “langsung menang”.
Halaman Facebook penyebar iklan tersebut mencantumkan lokasi Hanoi, meskipun AFP tidak dapat memverifikasi kebenaran lokasinya. Detail transparansi menunjukkan halaman itu dikelola oleh beberapa administrator.
Upaya AFP menghubungi sejumlah akun serupa tidak mendapatkan respons.
AFP bekerja dalam 26 bahasa melalui program cek fakta Meta, termasuk di Asia, Amerika Latin, dan Uni Eropa.
Bisnis besar
Sebuah studi dari lembaga riset Populix yang dibagikan kepada AFP mengungkap bahwa 98 persen pengguna media sosial di Indonesia pernah terpapar promosi perjudian, termasuk iklan berbayar.
Dari jumlah tersebut, 32 persen mengaku akhirnya mencoba judi online setelah melihat promosi serupa di linimasa mereka.
Sebanyak 4 persen mengatakan hingga kini masih melakukan perjudian online.
“Iklan-iklan itu menjanjikan kemenangan atau jackpot,” ujar Manajer Riset Populix, Nazmi Tamara.
Menurut Vivi Zabkie, Kepala Riset Kebijakan dan Sosial Populix, konten taruhan di media sosial hadir dalam banyak bentuk—mulai dari komentar di unggahan, overlay kecil di video, hingga konten yang secara terbuka mempromosikan platform judi online.
Nilai transaksi perjudian online di Indonesia mencapai 927 triliun rupiah (US$55,7 miliar) antara 2017 hingga kuartal pertama 2025, menurut data PPATK yang disampaikan kepada AFP.
Lembaga itu juga menyebut bahwa 80 persen pengguna judi online berasal dari kalangan pelajar dan masyarakat berpenghasilan rendah.
