China siap dukung Indonesia dalam pengembangan proyek KCJB ditengah negosiasi keuangan
China menegaskan kembali kesiapannya untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam memelihara jalur kereta cepat Jakarta-Bandung di tengah tantangan keuangan dan restrukturisasi utang.
China menyatakan kesediaannya untuk terus bekerja sama dengan Indonesia guna memastikan kelancaran operasional kereta super cepat pertama di Asia Tenggara, kereta cepat Jakarta–Bandung, di tengah tantangan keuangan dan kekhawatiran utang yang masih berlangsung.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, mengatakan di Beijing pada hari Senin bahwa sejak diluncurkan dua tahun lalu, jalur kereta api sepanjang 142 kilometer ini telah mempertahankan "operasi yang aman, lancar, dan tertib," melayani lebih dari 11,7 juta penumpang.
Ia menambahkan bahwa proyek ini telah mendorong lapangan kerja lokal dan pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalur tersebut.
Guo menekankan bahwa kedua pemerintah "sangat mementingkan" pengembangan proyek ini, dengan otoritas dan perusahaan dari kedua belah pihak menjaga koordinasi yang erat untuk mendukung operasi yang stabil.
Ia juga mencatat bahwa "manfaat publik dan pengembalian komprehensif" proyek harus dipertimbangkan bersama dengan indikator keuangan ketika mengevaluasi keberhasilannya secara keseluruhan.
“China siap bekerja sama dengan Indonesia untuk terus mempromosikan pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung yang berkualitas tinggi sehingga dapat berkontribusi lebih lanjut terhadap pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia serta meningkatkan konektivitas regional,” ujar Guo.
Kereta cepat Jakarta-Bandung, yang juga dikenal sebagai Whoosh, diresmikan pada Oktober 2023. Proyek ini dibangun dengan biaya $7,3 miliar, dengan sekitar 75 persen dibiayai oleh Bank Pembangunan China.
Danantara, pengelola dana kekayaan negara Indonesia, mengatakan pada hari Jumat bahwa Jakarta akan memutuskan penyelesaian utangnya kepada China pada akhir tahun.
Kantor berita Jakarta Globe melaporkan bahwa Indonesia saat ini membayar bunga utang sekitar Rp2 triliun ($120,6 juta) per tahun untuk proyek tersebut.