Kanada buka peluang kerja sama teknologi penyimpanan karbon dengan Indonesia

Pemerintah Kanada menyatakan siap mendukung Indonesia dalam pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon untuk mempercepat transisi menuju energi bersih.

By
Indonesia tegaskan komitmen kembangkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di forum IICCS 2023. Foto: ICCSC

Kanada menawarkan kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage atau CCS) guna membantu upaya nasional menuju energi bersih dan rendah emisi.

Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Jess Dutton, mengatakan bahwa negaranya memiliki pengalaman panjang dalam pengembangan CCS dan siap membagikan pengetahuan tersebut kepada Indonesia. Kanada, menurutnya, menjadi salah satu dari lima negara dengan proyek CCS terbanyak di dunia, dengan delapan proyek aktif yang telah berjalan.

“Indonesia memiliki ketertarikan besar terhadap teknologi CCS, dan kami melihat banyak potensi untuk bekerja sama dalam penelitian, investasi, dan pengembangan proyek di masa depan,” ujar Dutton dalam wawancara di Jakarta, Senin (10/11).

Ia menjelaskan bahwa Kanada tengah berupaya menekan emisi karbon dari sektor energi tanpa mengorbankan keberlangsungan ekonomi. Salah satu strategi yang ditempuh adalah dengan mengoptimalkan teknologi penyimpanan karbon yang dinilai lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan karakter geologi negaranya.

Menurut Dutton, meski kondisi geologi Indonesia berbeda dengan Kanada, kedua negara sama-sama memiliki potensi besar dalam penerapan CCS maupun Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Ia juga menilai peluang kerja sama bisa diperluas melalui investasi lintas sektor dan kemitraan dengan lembaga internasional.

Teknologi CCS dan CCUS menjadi bagian penting dari strategi Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai penyimpanan karbon berperan besar dalam menekan emisi dari industri yang sulit dikurangi, seperti semen, baja, dan petrokimia.

Indonesia diketahui memiliki potensi penyimpanan karbon yang melimpah, mencapai lebih dari 570 gigaton, termasuk di lapangan minyak dan gas yang telah habis serta di akuifer asin. Dengan potensi tersebut, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pusat pengembangan teknologi penyimpanan karbon terbesar di kawasan Asia.