Upaya pencarian korban bencana di Aceh mendapat dukungan teknis dari lima relawan asal China yang telah dikerahkan ke sejumlah titik terdampak. Namun, Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyampaikan bahwa operasi mereka masih menghadapi hambatan besar akibat kondisi lapangan yang ekstrem, terutama area yang dipenuhi tumpukan kayu dan lumpur tebal.
“Mereka kesulitan bekerja secara optimal karena medan masih tertutup kayu-kayu besar,” ujar Muzakir Manaf yang juga sering disapa Mualem tersebut kepada media pada Kamis, 11 Desember 2025..
Tim relawan tersebut telah beberapa hari beroperasi di Aceh Utara dan dilaporkan berhasil menemukan sejumlah jenazah. Otoritas daerah mengatakan para relawan kemungkinan akan dipindahkan ke Aceh Timur atau Aceh Tamiang untuk melanjutkan pencarian.
Para relawan itu sebelumnya tiba di Aceh pada akhir pekan lalu dengan peralatan khusus yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan korban yang tertimbun lumpur akibat banjir dan longsor.
Mereka sempat bertemu langsung dengan Gubernur di Pendopo Aceh, mengenakan seragam biru dengan emblem bendera China.
Menurut Mualem, tim tersebut akan difokuskan pada wilayah-wilayah yang paling parah terdampak di pesisir timur Aceh, tempat banyak korban diperkirakan masih tertimbun.
“Di beberapa lokasi, lumpur mencapai setinggi pinggang. Mereka membawa perangkat yang bisa mendukung upaya evakuasi,” katanya dikutip dari DetikNews.
Menurut laporan BNPB per 10 Desember 2025, aceh mencatat 391 korban jiwa, tertinggi di 3 provinsi terdampak. Total korban jiwa di Sumatera terus bertambah, menurut data terbaru menjadi 969 orang meninggal ,ratusan hilang, dan hampir satu juta warga mengungsi di wilayah terdampak.
Pemerintah sedang berusaha mempercepat distribusi bantuan dan operasi pencarian, namun medan berat dan cuaca buruk masih menghambat evakuasi. Bencana ini disebut sebagai salah satu bencana paling mematikan di Sumatera dalam beberapa tahun terakhir.














