Pemerintah Malaysia akan mengaktifkan kembali operasi pencarian Malaysia Airlines MH370 pada 30 Desember, menjadi upaya terbaru mengungkap misteri hilangnya Boeing 777 itu setelah lebih dari satu dekade.
Informasi ini disampaikan Kementerian Transportasi Malaysia pada Rabu, dengan menegaskan bahwa kegiatan tersebut dilakukan setelah penilaian terbaru mengenai area yang dianggap paling berpotensi menyimpan puing utama pesawat.
Perusahaan eksplorasi laut dalam Ocean Infinity, yang berbasis di AS dan Inggris akan memimpin misi ini. Menurut kementerian, operasi akan berlangsung sekitar 55 hari, dilakukan secara intermiten, menyesuaikan kondisi laut di selatan Samudra Hindia.
Kementerian menjelaskan bahwa pencarian berikutnya “akan difokuskan pada zona yang dinilai memiliki kemungkinan tertinggi menemukan lokasi pesawat”, meski koordinat tepatnya belum diungkapkan. Pencarian ini kembali dijalankan berdasarkan kesepakatan yang telah diatur antara pemerintah dan Ocean Infinity untuk melanjutkan pencarian reruntuhan MH370.
Tragedi 2014: Hilang tanpa jejak
MH370 hilang pada 8 Maret 2014 saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing dengan membawa 227 penumpang dan 12 kru. Dua pertiga penumpangnya merupakan warga negara China, disusul warga Malaysia, Indonesia, Australia, India, Belanda, Prancis, Amerika Serikat, Ukraina, serta Kanada.
Sejumlah potongan yang diyakini atau telah dikonfirmasi sebagai bagian pesawat ditemukan di pesisir Afrika dan pulau-pulau di Samudra Hindia pada 2015 dan 2016, namun lokasi badan utama pesawat tetap tidak diketahui.
Investigasi awal pihak Malaysia dulu tidak menutup kemungkinan bahwa sistem komunikasi dan navigasi pesawat sengaja dimatikan, membuat pesawat menyimpang dari jalur. Namun laporan investigasi lengkap setebal 495 halaman pada 2018 menyatakan bahwa meski kontrol pesawat kemungkinan dimanipulasi, siapa pelakunya tidak dapat dipastikan.
Pencarian terbesar dalam sejarah penerbangan
Australia sebelumnya memimpin pencarian global antara 2014–2017 dan meliputi area laut seluas 120.000 km², tetapi operasi itu dihentikan setelah tidak ada penemuan signifikan selain sejumlah serpihan kecil.
Harapan baru muncul setelah para ahli Australia pada 2017 mengidentifikasi “area tertentu di Samudra Hindia” yang diyakini lebih memungkinkan menjadi lokasi akhir pesawat tersebut, penilaian yang kemudian menjadi dasar berbagai proposal pencarian lanjutan.
Lebih dari satu dekade berlalu, keluarga korban tetap menuntut kepastian. Grup keluarga dari China dan Malaysia yang menghadiri peringatan tragedi-ke-10 awal tahun ini kembali menyerukan agar pencarian dibuka kembali.












