Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan gencatan senjata di Gaza sebagai "lemah" dan "berkali-kali dilanggar" sambil mendesak agar gencatan senjata itu dihormati dan digunakan untuk memajukan upaya perdamaian.
"Gencatan senjata di Gaza lemah, berkali-kali dilanggar, tetapi tetap bertahan. Dan saya sangat mendesak agar gencatan senjata itu dihormati sepenuhnya dan membuka jalan bagi negosiasi fase kedua, yang mengarah pada terciptanya kondisi bagi penentuan nasib sendiri rakyat Palestina dan pembentukan solusi dua negara," kata Guterres pada konferensi pers di markas besar PBB di New York pada hari Rabu.
Menyatakan bahwa operasi kemanusiaan di Gaza sedang diperluas meskipun hambatan masih ada, ia mengatakan: "Memang, saat ini kami secara substansial meningkatkan bantuan kemanusiaan di Gaza, meskipun masih ada beberapa hambatan dan kesulitan yang belum teratasi."
Dan langkah selanjutnya bagi PBB tentu akan ditentukan oleh Dewan Keamanan," tambahnya.
Kekhawatiran dan pembatasan
Sebelumnya pada hari itu, menteri-menteri G7 menyatakan keprihatinan atas pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Para menteri, bersama dengan Sekretaris Negara AS Marco Rubio, memperingatkan bahwa kekerasan pemukim Israel yang ilegal di Tepi Barat yang diduduki dapat merusak upaya perdamaian di Gaza.
Israel telah membunuh hampir 70.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dalam genosida di kawasan yang diblokade sejak Oktober 2023.
Negara itu telah menjadikan sebagian besar kawasan tersebut reruntuhan dan menggusur hampir seluruh penduduknya.


















