Bank Indonesia (BI) pada Rabu mengumumkan penurunan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen. Ini adalah pemangkasan keenam sejak September 2024, sekaligus menempatkan bunga pinjaman di level terendah sejak akhir 2022.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan langkah tersebut diambil untuk menjaga momentum pertumbuhan di tengah tanda-tanda pelemahan permintaan.
“Pertumbuhan ekonomi kita masih di bawah potensi, karena itu stimulus permintaan tetap perlu,” ujarnya dalam konferensi pers daring, dikutip dari Reuters.
Reaksi pasar dan tekanan rupiah
Keputusan BI disambut positif oleh bursa saham, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat rekor baru. Rupiah juga sempat menguat tipis, meski secara tahunan masih melemah 2 persen terhadap dolar AS.
Kondisi ini terjadi di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi dalam negeri, termasuk demonstrasi yang berlangsung sejak akhir Agustus dan pencopotan mendadak Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pekan lalu.
Pertanyaan soal independensi
Meski pasar menyambut keputusan ini, sejumlah analis menilai arah kebijakan BI bisa menimbulkan pertanyaan mengenai independensi bank sentral. Kekhawatiran kian menguat setelah adanya kesepakatan berbagi beban pembiayaan dengan pemerintah.
“Langkah pemangkasan ini kemungkinan memperbesar kekhawatiran tentang independensi BI,” kata Gareth Leather, ekonom Capital Economics. “Kebijakan yang terlalu condong pada pertumbuhan berisiko mengikis kepercayaan pasar.”
Sementara itu, ekonom DBS Radhika Rao menilai pemangkasan suku bunga berpotensi berlanjut setelah Federal Reserve Amerika Serikat diperkirakan menurunkan bunga pekan ini, yang memberi ruang tambahan bagi BI.
Pemerintah sendiri mendorong agar perbankan lebih agresif menyalurkan kredit. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bahkan memindahkan lebih dari 12 miliar dolar AS dana pemerintah dari BI ke bank-bank komersial untuk meningkatkan pembiayaan.
Warjiyo menegaskan likuiditas perbankan tetap longgar, namun penyaluran kredit masih tertahan karena pelaku usaha memilih menunggu kepastian. Ia juga menyebut stimulus fiskal tambahan senilai 1 miliar dolar AS di kuartal keempat bisa membantu mengangkat permintaan domestik.