Amerika Serikat menyerang dua kapal yang diduga membawa narkoba di Samudra Pasifik bagian timur pada Minggu, menewaskan enam orang di dalamnya, kata Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth.
“Kemarin, atas perintah Presiden (Donald) Trump, dua serangan mematikan dilakukan terhadap dua kapal yang dioperasikan oleh Organisasi Teroris yang Ditetapkan,” tulis Hegseth di X pada Senin.
Menurutnya, kapal-kapal tersebut “diketahui oleh intelijen kami terlibat dalam penyelundupan narkoba ilegal” dan sedang membawa narkotika saat “melintasi jalur perdagangan narkoba yang dikenal di wilayah Pasifik timur.”
Kedua serangan terjadi di perairan internasional, masing-masing kapal membawa tiga orang. “Semua enam tewas,” ujar Hegseth, seraya menambahkan bahwa tidak ada pasukan AS yang terluka.
“Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, kami melindungi tanah air dan menumpas para teroris kartel yang ingin mencelakai negara dan rakyat kami,” kata menteri pertahanan itu.
Peningkatan militer AS
AS telah melancarkan lebih dari puluhan serangan sejak September terhadap kapal di sekitar pantai Venezuela dan di wilayah Pasifik timur, menewaskan lebih dari 70 orang, menurut Hegseth, sebagai bagian dari peningkatan kekuatan militernya di Laut Karibia.
Washington mengklaim kapal-kapal yang diserang membawa narkoba, namun para pemimpin asing, sejumlah anggota Kongres, pakar hukum, dan keluarga korban menuntut bukti.
Kepala hak asasi manusia PBB menyebut serangan AS terhadap pihak yang diduga pengedar narkoba itu tidak dapat diterima dan melanggar hukum HAM internasional.
Pemerintah Venezuela menilai serangan-serangan itu ilegal, setara dengan pembunuhan, dan merupakan tindakan agresi terhadap kedaulatan negara Amerika Selatan tersebut.
Presiden Venezuela Nicolás Maduro menuduh Donald Trump berupaya menggulingkan pemerintahannya—tuduhan yang dibantah oleh presiden AS itu meski ada laporan tentang kontak erat antara Washington dan pihak oposisi Venezuela.
Pada September lalu, AS memperkuat kehadiran militernya di Laut Karibia—termasuk dengan menempatkan kapal selam nuklir serta gugus kapal perang yang mengawal kapal induk terbesar di dunia—yang mendorong Maduro untuk meningkatkan kewenangan keamanan dan mengerahkan puluhan ribu pasukan di seluruh negeri.







