Produsen timah BUMN Indonesia, PT Timah, tetap yakin dapat mencapai target produksi tahunannya sebesar 21.500 metrik ton pada tahun 2025, meskipun melaporkan penurunan produksi yang tajam pada paruh pertama tahun ini.
Direktur Utama PT Timah, Restu Widiyantoro mengatakan kepada pihak berwenang pemerintah pada hari Senin bahwa upaya pemerintah untuk mengekang penambangan ilegal diharapkan dapat mendukung pemulihan perusahaan.
Data perusahaan menunjukkan bahwa produksi bijih timah Timah turun 32% year-on-year menjadi 6.997 ton pada paruh pertama, sementara produksi timah olahan turun 29% menjadi 6.870 ton.
Awal tahun ini, Restu mengakui bahwa persaingan yang ketat dari penambang ilegal telah sangat membebani kinerja.
Direktur Nur Adi Kuncoro menambahkan bahwa curah hujan yang tinggi dan keterlambatan dalam pengembangan tambang baru juga menghambat produksi.
Untuk mengatasi masalah ini, satuan tugas pemerintah telah dikerahkan ke daerah-daerah penghasil timah utama Indonesia di Kepulauan Bangka dan Belitung. Kelompok ini tidak hanya akan menargetkan operator ilegal tetapi juga perantara yang membeli bijih dari sumber yang tidak sah, kata Restu.
Indonesia, produsen timah terbesar kedua di dunia setelah China, telah lama berjuang melawan aktivitas penambangan ilegal.
Pihak berwenang telah berupaya memperkuat pengawasan dengan mewajibkan semua timah olahan diperdagangkan melalui bursa resmi, yang bertujuan meningkatkan transparansi dan ketertelusuran di sektor ini.
