Perserikatan Bangsa-Bangsa — Seorang delegasi dari negara Timur Tengah mengatakan kepada TRT World di luar gedung utama Perserikatan Bangsa-Bangsa, "Dibutuhkan genosida di Gaza untuk mendorong banyak negara Eropa mengambil langkah bersejarah ini. Meski terlambat, ini adalah langkah yang patut disambut baik."
Delegasi tersebut, yang didampingi beberapa rekannya, merujuk pada KTT solusi dua negara yang diselenggarakan oleh Arab Saudi dan Prancis pada hari Senin di Aula Sidang Utama PBB. Dalam acara tersebut, ratusan diplomat memberikan tepuk tangan meriah kepada Prancis dan sejumlah negara Barat lainnya karena menentang Israel dan mengakui Negara Palestina.
Selain Prancis sebagai tuan rumah bersama, Belgia, Andorra, Luksemburg, Malta, dan Monako mengumumkan pengakuan atas kedaulatan Palestina dalam KTT yang secara resmi dikenal sebagai High-Level International Conference on the Peaceful Settlement of the Question of Palestine and the Implementation of the Two-State Solution.
Namun, Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, memilih untuk memboikot KTT tersebut, menyebutnya sebagai "sirkus" dan "pertunjukan semata."
"Kami berkumpul di sini karena waktunya telah tiba," kata Presiden Emmanuel Macron dalam KTT yang diadakan untuk menghidupkan kembali solusi dua negara yang telah lama tertunda guna mengakhiri konflik Israel-Palestina.
"Tanggung jawab ini ada pada kita, untuk melakukan segala yang kita bisa demi menjaga kemungkinan solusi dua negara," tambah Macron.
"Hari ini, saya menyatakan bahwa Prancis mengakui negara Palestina," ia mengumumkan, disambut sorak sorai para diplomat.
Otoritas Palestina dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas memuji keputusan "bersejarah dan berani" Prancis, sementara para diplomat memberikan tepuk tangan berdiri kepada Macron.
Abbas, yang berbicara melalui video setelah ditolak visanya oleh AS, menyatakan bahwa rakyat Palestina bercita-cita untuk "sebuah negara yang berdasarkan pluralisme dan transfer kekuasaan secara damai."
Dia berterima kasih kepada Arab Saudi, Prancis, dan Inggris atas dorongan mereka dalam pengakuan Palestina, serta mendesak anggota PBB lainnya untuk mengikuti langkah tersebut. Dia juga berjanji akan mengadakan pemilu pada tahun 2026.
Erdogan, Al Saud desak lebih banyak negara akui Palestina
Dengan Australia, Inggris, Kanada, dan Portugal yang sudah mengakui Palestina, Israel yang semakin terisolasi mengambil sikap menantang. Utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, menyebut KTT tersebut sebagai "sirkus" dan memperingatkan bahwa Israel "akan mengambil tindakan."
Di Washington DC, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada wartawan bahwa Presiden AS Donald Trump "percaya bahwa pengakuan (Palestina) adalah hadiah untuk Hamas."
Presiden Majelis Umum PBB, Baerbock, menegaskan bahwa solusi dua negara sangat penting bagi generasi mendatang Palestina dan Israel untuk hidup dalam perdamaian, keamanan, dan martabat.
"Kami tahu bahwa beberapa orang menganggap ini sebagai harapan yang naif" karena resolusi pertama tentang masalah ini "hampir setua organisasi ini," katanya, menekankan bahwa meninggalkan apa yang benar akan memungkinkan "kejahatan" untuk menang, yang berarti "akhir" bagi institusi ini.
Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan dan Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud menyampaikan rasa terima kasih kepada negara-negara yang mengakui atau berniat mengakui Negara Palestina.
"Kami menyerukan kepada semua negara lain untuk mengambil langkah bersejarah serupa yang akan berdampak besar dalam mendukung upaya menuju implementasi solusi dua negara, mencapai perdamaian permanen dan komprehensif di Timur Tengah, serta menciptakan realitas baru di mana kawasan ini dapat menikmati perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran," kata diplomat Saudi kepada para pemimpin dunia.
Erdogan, dalam pidato singkatnya, memuji pengakuan Palestina oleh beberapa negara, termasuk anggota Dewan Keamanan PBB, sebagai "langkah penting dan bersejarah."
"Pembantaian di Gaza, yang telah merenggut nyawa lebih dari 65.000 orang, terus berlangsung dengan segala kebrutalannya. Tidak ada orang yang memiliki hati nurani yang dapat menerima apa yang terjadi, apalagi tetap diam menghadapi genosida semacam itu," katanya dalam KTT tersebut.
Masalah teknis sempat mengganggu pidatonya. Beberapa media berspekulasi adanya sabotase, tetapi pesan utamanya tetap tersampaikan.
KTT hari Senin sangat penting bagi Palestina, dengan 157 negara anggota PBB kini mengakui mereka — sebuah perubahan yang tidak mungkin terjadi sebelum perang Israel di Gaza. Fokus kini beralih ke Debat Umum hari Selasa, di mana para pemimpin kembali akan mendesak anggota PBB lainnya untuk mengakui Palestina.