Para dokter Sudan melaporkan pada Minggu bahwa 19 wanita, termasuk dua wanita hamil, menjadi korban pelecehan seksual oleh anggota paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di Sudan utara.
Jaringan Dokter Sudan (Sudan Doctors Network) menyatakan dalam unggahan di platform X bahwa para wanita diperkosa saat melarikan diri dari Kota Al Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara yang kini berada di bawah kendali RSF, menuju Al Dabbah di negara bagian Utara.
“Dua dari korban sedang hamil dan saat ini menerima perawatan khusus di bawah pengawasan tim medis setempat,” tambah pernyataan tersebut.
Jaringan dokter mengecam “pemerkosaan massal yang dilakukan RSF terhadap wanita yang melarikan diri dari horor Al Fasher,” menekankan bahwa penargetan langsung terhadap wanita merupakan pelanggaran jelas terhadap semua hukum internasional.
Mereka menyerukan komunitas internasional dan kelompok hak asasi manusia untuk mendokumentasikan kekejaman RSF terhadap warga sipil dengan mengirim tim investigasi independen, melindungi wanita dan anak-anak di jalur evakuasi, serta membentuk koridor kemanusiaan aman bagi wanita dan anak-anak.

Pada 26 Oktober, paramiliter RSF menguasai Al Fasher dan dituduh melakukan pembantaian terhadap warga sipil, memicu pengungsian lebih dari 40.000 orang, menurut laporan lokal dan internasional.
Kekuatan paramiliter ini menguasai kelima negara bagian Darfur dari total 18 negara bagian di Sudan, sementara tentara mengendalikan sebagian besar 13 negara bagian lainnya, termasuk ibu kota Khartoum.
Perang saudara antara tentara Sudan dan RSF, yang dimulai April 2023, telah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan jutaan lainnya mengungsi.










