IKLIM
2 menit membaca
Perubahan iklim picu hujan ekstrem dan banjir mematikan di Asia
Suhu laut yang lebih hangat akibat perubahan iklim memicu hujan deras hingga banjir dan longsor mematikan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka.
Perubahan iklim picu hujan ekstrem dan banjir mematikan di Asia
Pemanasan laut akibat perubahan iklim memperkuat hujan deras dan banjir yang melanda Asia Tenggara. / AP
11 Desember 2025

Analisis cepat World Weather Attribution (WWA) menunjukkan siklon Senyar dan Ditwah akhir November lalu mendapat energi tambahan dari suhu laut yang lebih hangat di Samudra Hindia Utara. Suhu permukaan laut tercatat 0,2°C lebih tinggi dibanding rata-rata tiga dekade terakhir. Tanpa pemanasan global, laut diperkirakan sekitar 1°C lebih dingin, sehingga badai membawa hujan lebih ringan.

“Atmosfer yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air, sehingga hujan lebih deras dibanding dunia tanpa perubahan iklim,” ujar Mariam Zachariah dari Imperial College London, salah satu penulis laporan.

Banjir dan longsor akibat badai ini telah menewaskan lebih dari 1.600 orang, dengan ratusan lainnya masih hilang. “Biasanya hujan berhenti sekitar September, tapi tahun ini sangat parah. Semua wilayah Sri Lanka terdampak, dan daerah kami paling parah,” kata Shanmugavadivu Arunachalam, guru di Hatton, Provinsi Tengah Sri Lanka.

TerkaitTRT Indonesia - Jumlah korban tewas akibat bencana banjir di Asia melampaui 1.700 orang, ratusan lainnya masih hilang

Metode cepat untuk mengukur dampak perubahan iklim

WWA menggunakan metode ilmiah yang sudah teruji untuk menilai dampak perubahan iklim secara cepat. Tujuannya agar masyarakat memahami hubungan antara pemanasan global dengan peristiwa cuaca ekstrem. Meski begitu, keterbatasan model iklim membuat kontribusi pasti perubahan iklim terhadap badai dan hujan lebat sulit dihitung secara akurat.

“Analisis cepat ini membantu publik memahami mengapa bencana terjadi di lingkungan mereka dan di bagian lain dunia,” ujar Zachariah.

Perubahan iklim perparah hujan ekstrem dan risiko banjir

Para ahli menegaskan bahwa perubahan iklim bertindak sebagai penguat ekstrem cuaca, meningkatkan risiko banjir dan longsor. Faktor lain yang memperburuk dampak termasuk urbanisasi cepat, kepadatan penduduk tinggi, dan pembangunan di dataran rendah rawan banjir.

“Korban manusia dari siklon Ditwah dan Senyar sangat besar, terutama mereka yang paling rentan,” kata Maja Vahlberg dari Red Cross Red Crescent Climate Centre. Jemilah Mahmood dari Sunway Centre for Planetary Health menambahkan, “Puluhan tahun pembangunan ekonomi lebih diutamakan daripada stabilitas iklim, sehingga krisis ini muncul.”

Bencana ini menjadi peringatan bahwa pemanasan global memperkuat hujan ekstrem, banjir, dan longsor, meningkatkan risiko bagi negara-negara padat penduduk di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

TerkaitTRT Indonesia - Jakarta dinobatkan sebagai ibu kota terpadat di dunia dalam laporan PBB
SUMBER:TRT Indonesia & Agensi