Tim penyelamat mengatakan tidak ada lagi tanda kehidupan di bangunan ponpes yang runtuh, di mana 59 orang diyakini masih hilang empat hari setelah ambruk, kata seorang petugas pada Kamis, meningkatkan kekhawatiran bahwa tidak akan ada korban selamat yang ditemukan.
Sebagian dari pondok pesantren bertingkat di Sidoarjo, Jawa Timur itu tiba-tiba runtuh pada Senin saat para siswa berkumpul untuk shalat ashar.
Setelah beberapa hari operasi penyelamatan, 59 orang masih diyakini tertimbun puing setelah sedikitnya lima orang dipastikan meninggal.
Rabu malam, Yudhi Bramantyo, direktur operasi di lembaga terkait, mengatakan total korban tewas akibat runtuhnya gedung telah mencapai enam orang, meskipun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut pada Kamis bahwa jumlah resmi masih lima.
"Kami menggunakan peralatan canggih seperti drone termal, dan secara ilmiah, tidak ada lagi tanda kehidupan," kata Suharyanto, kepala BNPB.
Pondok Pesantren Al Khoziny, yang terletak di kota Sidoarjo, Jawa Timur, runtuh ketika fondasinya tidak mampu menopang pekerjaan konstruksi di lantai atas, menghantam puluhan siswa yang sedang beribadah dan menjebak mereka di bawah puing-puing.
Keluarga yang cemas dan bersedih menunggu di dekat lokasi untuk mendapatkan kabar tentang anak-anak yang mereka cintai.

Masyarakat sekitar pondok pun menawarkan keluarga korban untuk tinggal di rumah mereka sementara menunggu, lapor AFP.
"Saya sudah di sini sejak hari pertama. Saya berharap mendapatkan kabar baik, bahwa saudara saya selamat. Saya masih berharap," kata Maulana Bayu Rizky Pratama, yang kakaknya berusia 17 tahun masih hilang.
"Sudah empat hari, saya berharap kakak saya segera ditemukan. Rasanya sedih membayangkan dia di bawah sana selama empat hari," tambah pria berusia 28 tahun itu.
Pada Rabu, tim penyelamat berhasil menarik lima orang selamat dari puing-puing saat orang tua panik menuntut agar pencarian terhadap puluhan anak yang diyakini masih terjebak dipercepat.
Abdul Hanan, yang anaknya berusia 14 tahun hilang, mengatakan anak-anak di bawah puing telah menangis minta tolong.
"Operasi penyelamatan harus dipercepat," ujarnya.
Investigasi penyebab runtuhnya gedung di Sidoarjo masih berlangsung, namun tanda awal mengarah pada konstruksi yang tidak memenuhi standar, menurut para ahli.
Bersama orang tua lain yang cemas dan berkumpul di sekitar papan tulis berisi daftar korban selamat, Ahmad Ikhsan, 52, masih berharap anaknya yang berusia 14 tahun, Arif Affandi, akan ditemukan.
"Sampai sekarang, saya belum mendengar kabar tentang anak saya," katanya. "Saya percaya anak saya masih hidup."
Operasi kompleks
Operasi penyelamatan cukup kompleks karena getaran di satu titik bisa memengaruhi area lain, kata Mohammad Syafii, kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
"Jadi sekarang, untuk mencapai lokasi korban, kami harus menggali terowongan bawah tanah," ujarnya kepada wartawan.
Namun penggalian itu sendiri menghadirkan tantangan, termasuk menstabilkan puing. Terowongan hanya dapat memberikan akses selebar sekitar 60 cm karena kolom beton gedung.
Drone dengan sensor termal digunakan untuk menemukan korban selamat dan korban meninggal, karena periode "Golden Time" 72 jam untuk peluang selamat terbaik hampir berakhir.
Keluarga korban setuju pada Kamis agar alat berat digunakan, kata Pratikno, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, sambil menambahkan bahwa tim penyelamat akan bekerja dengan "sangat hati-hati".
Namun, operasi bisa berlangsung lebih dari tujuh hari jika masih ada orang yang hilang, kata seorang petugas pencarian dan penyelamatan kepada AFP.
Runtuhnya gedung begitu hebat hingga menimbulkan getaran di seluruh lingkungan, kata Ani, warga setempat.
"Saya merasakan getaran dan kemudian mendengar suara. Saya langsung lari untuk menyelamatkan diri. Awalnya saya tidak menyadari itu adalah gedung yang runtuh," kata pemilik warung itu kepada AFP.
AFP melihat tim penyelamat dengan seragam oranye tampak menyelipkan kamera di bawah puing untuk mencari jejak korban selamat.
Air dan makanan dikirim, tetapi aksesnya melalui satu titik saja, kata dia.
"Struktur utama sudah benar-benar runtuh," tambahnya.
Operasi juga terganggu oleh gempa bumi yang terjadi di lepas pantai pada malam Selasa-Rabu, sehingga pencarian sempat dihentikan sementara.
Organisasi amal lokal mendirikan pos untuk menyediakan makanan dan minuman bagi keluarga di sekitar puing.
Bangunan itu roboh setelah fondasi gagal menopang berat konstruksi tambahan di lantai empat sekolah, kata juru bicara BNPB.
Standar konstruksi yang longgar menimbulkan kekhawatiran luas tentang keselamatan bangunan di Indonesia, di mana umum meninggalkan struktur - terutama rumah - setengah jadi, sehingga pemilik bisa menambah lantai lagi saat anggaran memungkinkan.
Bulan ini, sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka ketika sebuah masjid runtuh di Provinsi Jawa Barat.