Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan ada 6.000 kasus amputasi di wilayah tersebut sejak dimulainya perang dua tahun Israel pada Oktober 2023.
Dalam pernyataannya pada Selasa, kementerian menyebut bahwa anak-anak menyumbang 25 persen dari total amputasi, sementara perempuan mencapai 12,7 persen.
“Kekurangan pasokan medis dan alat bantu memperburuk penderitaan para korban luka dan amputasi,” demikian pernyataan tersebut.
“Angka-angka ini mencerminkan penderitaan kemanusiaan yang mendalam yang dialami ribuan korban luka dan keluarga mereka,” lanjut kementerian itu, seraya menyerukan layanan rehabilitasi serta dukungan psikologis dan sosial yang mendesak, terutama bagi anak-anak yang kini menghadapi disabilitas permanen sejak usia dini.
Dalam serangan di Gaza sejak Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 69.000 orang — sebagian besar perempuan dan anak-anak — melukai lebih dari 170.600 orang lainnya, serta membuat sekitar 9.500 orang hilang, banyak di antaranya diyakini terjebak di bawah reruntuhan rumah yang hancur atau belum ditemukan.
Perang brutal Israel itu berhenti setelah tercapainya gencatan senjata pada 10 Oktober berdasarkan rencana 20 poin yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump.


















