BISNIS DAN TEKNOLOGI
2 menit membaca
Ilmuwan China kembangkan sistem satelit yang bisa memberi tenaga presisi untuk senjata luar angkasa
Prototipe China mampu menghasilkan 2,6 megawatt tenaga pulsa dengan akurasi waktu sangat tinggi — potensi untuk senjata berkas partikel di orbit.
Ilmuwan China kembangkan sistem satelit yang bisa memberi tenaga presisi untuk senjata luar angkasa
Peneliti China menggabungkan penyimpanan energi, peningkatan tegangan, dan kontrol presisi.
10 November 2025

China baru-baru ini membangun prototipe sistem daya berbasis antariksa yang berpotensi digunakan untuk senjata berkas partikel berbasis satelit, lapor South China Morning Post pada Sabtu.

Gagasan di balik senjata berkas partikel sederhana: menembakkan berkas partikel bertenaga tinggi yang terfokus ke satelit atau misil musuh untuk merusak lewat energi kinetik dan termal. Namun realisasinya terhambat oleh dua tantangan utama — tenaga dan presisi.

Agar senjata berkas partikel efektif, diperlukan energi sangat besar dan timing yang tepat. Akselerator yang dipasang di satelit harus mengendalikan medan elektromagnetik dengan presisi agar partikel bermuatan didorong pada momen yang sangat spesifik.

Masalah utamanya adalah: tenaga tinggi dan presisi tinggi biasanya sulit disatukan. Sistem berdaya besar cenderung lambat, sementara sistem yang sangat presisi seringkali tak mampu menangani energi besar yang dibutuhkan.

Namun para ilmuwan China mengklaim telah mengatasi persoalan itu.

Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Su Zhenhua dari DFH Satellite Co. memaparkan prototipe sistem tenaga antariksa yang, menurut pengujian darat, mampu menghasilkan tenaga pulsa 2,6 megawatt sambil mempertahankan akurasi sinkronisasi 0,63 mikrodetik.

Sistem tradisional hanya menghasilkan kurang dari 1 megawatt dan belum mencapai tingkat presisi yang diperlukan untuk aplikasi antariksa canggih.

TerkaitTRT Indonesia - China berhasil meluncurkan satelit baru ke ruang angkasa

Sistem pertahanan yang lebih efisien

Tim China merancang prototipe tersebut dengan menggabungkan peningkatan tegangan yang efisien, penyimpanan energi tingkat lanjut, dan kendali pelepasan yang presisi untuk mengatasi persoalan tadi. Panel surya menyediakan tenaga tegangan rendah, yang kemudian ditingkatkan dan disimpan di kapasitor sebelum dilepaskan dalam pulsa terkontrol.

Sebuah pengendali sentral berbasis FPGA (Field Programmable Gate Array) menyinkronkan 36 modul tenaga agar melepaskan pulsa dalam rentang 630 nanodetik satu sama lain, menghasilkan 2,6 MW dalam pulsa bersih — kondisi yang ideal untuk akselerator partikel, laser, dan sistem antariksa lainnya.

Walaupun fokus utamanya adalah pada senjata berkas partikel, teknologi ini punya potensi aplikasi yang lebih luas, termasuk komunikasi laser, mesin ion untuk pendorong antariksa, serta radar berbasis antariksa untuk peperangan elektronik.

Teknologi ini juga membuka kemungkinan sistem pertahanan satelit yang lebih efisien, di mana senjata energi terarah bertenaga panel surya dapat menonaktifkan target dengan biaya relatif rendah.

SUMBER:AA
Jelajahi
Turkcell, investasi $3 miliar Google di Türkiye diperkirakan akan mendorong kesepakatan: Yilmaz
Pertamina temukan cadangan migas 724 juta barrel di Riau
Pemerintah rencanakan pajak ekspor emas hingga 15 persen mulai 2026
Indonesia–AS perkuat kemitraan dagang dan percepat investasi baru
Jutaan pengguna terdampak saat X alami gangguan global besar-besaran
Pertamina catat lonjakan permintaan BBM, siapkan impor untuk penuhi kebutuhan pasar
Fitch naikkan peringkat sejumlah bank Türkiye
Siapakah sebenarnya yang menemukan Air Terjun Victoria, salah satu air terjun terbesar di dunia?
Iklan judi online bidik pengguna Meta di Indonesia meski telah dilarang pemerintah
Polandia siap perkuat kerja sama ekonomi dan investasi dengan Indonesia
Blue Origin sukses selamatkan booster roket raksasa pembawa misi Mars NASA
WIKA tagih KCIC Rp5,01 triliun, sengketa proyek kereta cepat masih dalam arbitrase
Indonesia selidiki dugaan kontaminasi radioaktif pada sepatu ekspor yang dikembalikan dari AS
‘Dewi kekayaan’: Inggris penjarakan penipu bitcoin lebih dari 11 tahun
Kanada buka peluang kerja sama teknologi penyimpanan karbon dengan Indonesia
AS mencapai lebih dari 10.000 penundaan penerbangan dalam hari terburuk gangguan sejak penutupan dimulai
Cadangan devisa RI naik jadi US$149,9 miliar, ketahanan ekonomi makin kuat
Elon Musk kantongi kesepakatan gaji US$1 triliun, selangkah lagi jadi triliuner pertama dunia
CEO Nvidia sebut China akan 'memenangkan balapan AI'
Tarif Trump hadapi sorotan skeptis di Mahkamah Agung AS