New York — Setiap tahun, pembukaan Sidang Umum PBB (UNGA) dimulai pada 9 September, namun acara utama berlangsung selama “pekan tingkat tinggi”, dari 23-30 September di Markas Besar PBB, New York.
Sidang Umum mempertemukan presiden, perdana menteri, diplomat senior, dan pemimpin bisnis untuk melakukan pertemuan, negosiasi, dan jaringan kerja.
Menurut PBB, tema tahun ini, “Better together: 80 years and more for peace, development and human rights,” menekankan pentingnya menghidupkan kembali multilateralisme, mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dan menangani tantangan global di tengah perubahan geopolitik, kemajuan teknologi, dan urgensi iklim.
Beberapa pemimpin berikut akan menjadi sorotan utama selama “pekan tingkat tinggi”.
Presiden AS Donald Trump
Trump dijadwalkan menyampaikan pidato UN pertamanya sejak kembali menjabat, berbicara kepada para pemimpin dunia pada pagi 23 September.
Trump akan kembali ke podium UNGA di tengah kebijakan pemerintahannya yang memengaruhi institusi multilateral, termasuk pengurangan bantuan global dan penarikan dari badan PBB tertentu.
Pada masa jabatannya pertama (2017-2021), Trump empat kali berbicara di UNGA, sering menekankan kebijakan “America First” dan mengkritik globalisme. Ia diperkirakan akan melanjutkan sikapnya terhadap kebijakan global dan mempromosikan upayanya dalam menyelesaikan apa yang disebutnya “tujuh konflik global dalam tujuh bulan,” serta menegaskan bahwa ia pantas menerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan
Erdogan akan mempertahankan kritiknya terhadap struktur PBB, mendorong tinjauan di bawah slogan: "the world is bigger than five".
Ia diperkirakan akan menekankan kepada para pemimpin dunia bahwa nasib umat manusia tidak boleh hanya bergantung pada lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Dengan perang genosida Israel di Gaza yang berlangsung sejak Oktober 2023, Palestina diperkirakan menjadi fokus pidatonya, mengikuti kritik sebelumnya terhadap penanganan ketidakadilan oleh PBB. Erdogan bertujuan menempatkan Turkiye sebagai advokat utama hak-hak Palestina, termasuk kecaman kuat terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu, permintaan gencatan senjata permanen, pertukaran tahanan, bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, rekonstruksi Gaza, serta pengakuan global atas negara Palestina berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kota.
Presiden Suriah Ahmed al Sharaa
Al Sharaa dijadwalkan berbicara di Umum, menandai debutnya di PBB dan menjadi presiden Suriah pertama yang hadir sejak Noureddine al-Atassi pada 1967.
Al Sharaa didampingi Menteri Luar Negeri Asaad Hassan al-Shaibani dan delegasi diplomatik tinggi, menurut Syrian Arab News Agency. Anggota delegasi diberikan pengecualian dari pembatasan perjalanan PBB yang telah berlaku lebih dari satu dekade.
Dalam sidang UNGA, Al Sharaa diperkirakan bertemu dengan berbagai pemimpin, termasuk Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, di “Turkish House” di New York. Ia juga dijadwalkan berbicara di Concordia Summit ke-15 (22-24 September), dengan fokus pada pembangunan kembali, keterlibatan global, dan kemitraan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Abbas akan menyampaikan pidato melalui video setelah visa AS dicabut bulan lalu, yang dikritik sebagai potensi pelanggaran UN Headquarters Agreement 1947. UNGA memutuskan dengan suara 145 berbanding 5, serta enam abstain, agar Abbas dapat mengirim pernyataan video pra-rekaman.
Pidatonya kemungkinan menekankan seruan agar negara lain mengakui Palestina, mengecam oposisi AS dan Israel, serta mengkritik kebijakan Israel, termasuk perluasan permukiman ilegal, pengambilan tanah, dan perang Israel di Gaza.
PM Israel Benjamin Netanyahu
Netanyahu dijadwalkan berbicara pada 26 September, di tengah laporan PBB soal dugaan genosida terhadap warga Palestina di Gaza dan meningkatnya ketegangan global. Banyak diplomat diperkirakan akan meninggalkan sidang sebagai bentuk protes, sementara demonstrasi direncanakan di AS. Ia kemungkinan menekankan hak Israel untuk “membela diri” dan membingkai konflik Gaza serta serangan ke negara Arab tetangga sebagai penting bagi keamanan Israel.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani
Emir Qatar dijadwalkan berbicara pada sesi pagi 23 September 2025. Pidatonya diperkirakan mengecam serangan Israel di Doha yang menewaskan enam orang, termasuk lima anggota Hamas tingkat rendah. Ia juga akan menekankan peran Qatar sebagai mediator dan mendukung negara-negara yang mengakui Palestina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy
Zelenskyy dijadwalkan berbicara pada 23 September, mengadakan pertemuan bilateral dengan Trump, dan menghadiri Crimea Platform ke-5 pada 24 September. Ia diperkirakan akan meminta bantuan untuk mengakhiri konflik tiga setengah tahun dengan Rusia, menyoroti eskalasi serangan, menuntut pertanggungjawaban atas kejahatan perang, termasuk pengembalian wilayah yang dianeksasi seperti Krimea, serta memaparkan rencana perdamaian 10 poinnya.
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva
Sebagai pembicara pertama setelah pejabat PBB, Lula akan mewakili suara Global South, mendorong reformasi PBB, aksi iklim, demokrasi, dan Palestina. Ia diperkirakan mengkritik AS terkait kebijakan militer dan masalah perdagangan, serta menekankan perlunya pendanaan lebih besar untuk konservasi hutan tropis dan target emisi global yang lebih ambisius.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa
Ramaphosa akan berbicara pada 23 September, menekankan multilateralisme, penyelesaian damai konflik, dan perlindungan hak asasi manusia. Ia diperkirakan akan mengutuk tindakan Israel di Gaza, mendukung hak Palestina, dan menyoroti posisi Afrika Selatan sebagai Ketua G20 dalam advokasi reformasi PBB, termasuk kursi tetap Afrika di Dewan Keamanan PBB sesuai Ezulwini Consensus.