Jumlah korban meninggal akibat kasus campak di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, kembali bertambah. Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat total korban kini mencapai tujuh orang, naik dari sebelumnya lima kasus.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pamekasan, Avira Sulistyowati, menjelaskan penambahan tersebut berdasarkan laporan terbaru dari puskesmas-puskesmas di wilayah itu hingga Senin.
"Dalam sepekan ini ada penambahan 214 orang suspek campak dan dua di antaranya meninggal dunia," ujarnya, seperti yang dikutip dari Antara.
Secara keseluruhan, jumlah warga dengan gejala campak di Pamekasan kini mencapai 734 orang. Dari angka itu, 178 dinyatakan positif, 672 telah sembuh, sementara 55 lainnya masih menjalani perawatan di berbagai fasilitas kesehatan.
Adapun tujuh korban meninggal dunia tersebar di lima kecamatan: Proppo (2 anak), Pasean (2 anak), serta masing-masing satu anak di Pademawu, Tlanakan, dan Batumarmar.
Avira menegaskan, tingginya penularan campak membuat masyarakat perlu lebih waspada. Satu kasus dapat menulari hingga 12–18 orang hanya melalui droplet saat batuk atau bersin.
Kebiasaan warga yang kerap berkumpul turut memperbesar risiko penyebaran.
Sebagai langkah pencegahan, Dinkes Pamekasan terus menggencarkan imunisasi massal campak di seluruh kecamatan, disertai pemantauan intensif, sosialisasi, serta penanganan medis.
"Selain mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, kami memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi campak," kata Avira.
Kementerian Kesehatan RI melaporkan hampir 3.500 kasus campak terjadi sejak Januari di 42 wilayah, termasuk Jakarta, Banten, dan Sumenep. Di Sumenep sendiri, tercatat 20 anak tanpa imunisasi meninggal dunia sepanjang tahun ini.
Sementara itu, penyakit polio yang sebelumnya dinyatakan tereliminasi oleh WHO pada 2014, kini kembali ditemukan di beberapa daerah, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.
