Perdebatan ringan kembali muncul di Malaysia mengenai kemungkinan memundurkan zona waktu satu jam, agar matahari lebih pagi muncul dan Kuala Lumpur (Semenanjung Malaysia) berada dalam zona waktu yang sama dengan Bangkok dan Jakarta.
Dilansir dari Strait Times (ST), Perdebatan ringan di sosial media ini muncul setelah seorang menteri Malaysia jogging pagi di Kota Kinabalu, Sabah, yang ia unggah di platform media sosial X. Perdebatan yang berfokus pada apakah semenanjung Malaysia dan Singapura berada di zona waktu yang tepat.
Meskipun Kuala Lumpur dan Singapura berada pada garis bujur yang hampir sama dengan Bangkok dan Jakarta, keduanya berada satu jam lebih maju, mengikuti zona waktu yang sama dengan Manila, padahal ibu kota Filipina terletak sekitar 2.500 km di sebelah timur.
Ketidaksesuaian ini membuat matahari terbit sekitar pukul 7 pagi di Semenanjung Malaysia, dibandingkan dengan sekitar pukul 5.30 di Jakarta dan pukul 6 di Manila, di mana zona waktu lebih selaras dengan posisi geografis mereka.
Gagasan zona waktu bersama di ASEAN bukan hal baru; ide ini sempat mencuat sekitar satu dekade lalu dan sempat dibahas di kalangan menteri.
Menurut laporan ST, Singapura sangat mendukung konsep tersebut, menurut Menteri Luar Negeri K. Shanmugam, yang sebelumnya pernah mengusulkannya.
Isu ini kembali dibicarakan pada ASEAN Foreign Ministers’ Retreat di Kota Kinabalu pada 28 Januari 2015. Setelah pertemuan, Menteri Luar Negeri Malaysia saat itu, Anifah Aman, menyatakan bahwa zona waktu bersama bagi ibu kota ASEAN “merupakan ide yang layak dipertimbangkan”.
Ia menambahkan, hal ini sejalan dengan pembentukan Komunitas ASEAN yang terintegrasi dan bisa membantu koordinasi operasi penerbangan serta kegiatan pasar saham antarnegara anggota.
Beberapa pihak menekankan bahwa penerapan zona waktu bersama juga dapat mempermudah koordinasi antarinstansi pemerintah, terutama lembaga penegak hukum, dalam menjalankan tindakan dan prosedur.























