ASIA
2 menit membaca
Banjir dan longsor Sumatera menyebabkan habitat satwa liar terancam punah
Pemerintah Indonesia menyatakan akan meninjau kembali izin lingkungan perusahaan yang diduga menyebabkan pada kerusakan hutan dan menyiapkan anggaran tambahan untuk pemulihan dan rehabilitasi lingkungan.
Banjir dan longsor Sumatera menyebabkan habitat satwa liar terancam punah
Gajah membersihkan batang pohon dan puing-puing di sebuah desa yang terkena banjir di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia, pada 8 Desember. / AP
10 Desember 2025

Bencana banjir dan longsor massif yang melanda sejumlah provinsi di Pulau Sumatera pada akhir November hingga awal Desember 2025 tidak hanya merenggut nyawa manusia dan membuat ribuan warga mengungsi, tetapi juga membawa ancaman serius bagi kelangsungan hidup satwa liar yang sudah berada di ambang kepunahan.

Menurut data dari instansi penanggulangan bencana Indonesia, jumlah korban jiwa telah mencapai 969 jiwa, sementara ratusan lainnya masih dinyatakan hilang atau luka-luka. 

Para pakar lingkungan dan konservasi memperingatkan bahwa kerusakan habitat akibat banjir dan longsor ini memperparah situasi bagi spesies terancam seperti kera besar dan mamalia besar yang kemungkinan kehilangan tempat tinggal, sumber makanan, bahkan terpisah dari kawanan atau kelompok mereka. 

Penebangan hutan merusak habitat

Sebelumnya, deforestasi masif di Sumatera telah menyusutkan area tutupan hutan secara drastis. Menurut analisis dari organisasi lingkungan, wilayah hutan basah di Sumatera Barat saja telah kehilangan ratusan ribu hektar sejak 2001 hingga 2024.

Di antara korban bencana ini adalah satwa liar dari spesies rentan dan terancam, seperti orangutan dan gajah. Beberapa wilayah hutan yang biasa menjadi habitat mereka kini mengalami kerusakan parah, dengan tanah longsor, pohon tumbang, dan aliran sungai yang berubah drastis.

Seorang penjaga hutan di wilayah terdampak mengatakan kepada Reuters, bahwa setelah longsor di daerah Tapanuli, suara orangutan yang biasa terdengar di hutan tak lagi muncul, menandakan kemungkinan mereka telah berpindah jauh, atau bahkan kehilangan bagian penting dari habitatnya. 

Menanggapi bencana, pemerintah Indonesia menyatakan akan meninjau kembali izin lingkungan perusahaan yang diduga menyebabkan pada kerusakan hutan sebelum banjir. Pemerintah juga menyiapkan anggaran tambahan untuk pemulihan dan operasi bantuan di wilayah terdampak, termasuk rehabilitasi lingkungan.

Namun para aktivis lingkungan mendesak tindakan lebih tegas, bukan hanya mengoreksi izin lingkungan, tetapi juga menghentikan aktivitas perusakan habitat di kawasan rentan ekologis, serta menetapkan perlindungan ketat bagi kawasan hutan yang menjadi rumah satwa terancam punah. 

TerkaitTRT Indonesia - Korban tewas bencana di Sumatera capai hampir 1.000 orang, pencarian korban hilang berlanjut
SUMBER:TRT Indonesia & Agensi