PERANG GAZA
2 menit membaca
Krisis air di Kota Gaza 'belum pernah terjadi sebelumnya'
75 persen sumur air di Kota Gaza hancur akibat serangan pasukan Israel sejak Oktober 2023.
Krisis air di Kota Gaza 'belum pernah terjadi sebelumnya'
Warga Palestina di Kota Gaza bagian barat membawa kontainer berisi air, sementara akses terhadap air bersih di Gaza sangat terbatas pada tanggal 1 Juni 2025. / AA
2 Juni 2025

Kota Gaza kini menghadapi krisis air yang belum pernah terjadi sebelumnya, setelah pasokan air turun di bawah 25 persen dari kebutuhan minimum, demikian peringatan dari otoritas setempat pada Minggu.

Dalam sebuah pernyataan, Pemerintah Kota Gaza menyebutkan bahwa 75 persen sumur air di kota tersebut telah dihancurkan oleh tentara Israel sejak Oktober 2023.

Sumur-sumur yang tersisa hanya beroperasi beberapa jam dalam sehari dengan pasokan bahan bakar yang terbatas akibat blokade dan penutupan perbatasan wilayah Gaza oleh Israel, tambah pernyataan itu.

“Dengan meningkatnya suhu dan permintaan air yang terus bertambah dari penduduk serta para pengungsi, Kota Gaza kini menghadapi kondisi yang sangat buruk,” katanya.

Pasokan air harian saat ini tidak lebih dari 35.000 meter kubik, turun drastis dari 120.000 meter kubik per hari sebelum serangan Israel, menurut data yang dirilis oleh pemerintah kota.

“Rata-rata ketersediaan air per kapita harian turun menjadi antara 3 hingga 12 liter selama masa perang, jauh di bawah standar minimum internasional yang direkomendasikan sebesar 100 liter per hari.”

Pemerintah kota juga menjelaskan bahwa serangan militer Israel yang terus berlangsung menghambat distribusi air di seluruh kota, selain menghancurkan infrastruktur dan jaringan air yang ada.

Penutupan total fasilitas desalinasi di Gaza utara membuat banyak warga Kota Gaza kehilangan akses terhadap air sehat hasil desalinasi.

Ancaman kelaparan

Pengungsian massal ribuan warga akibat serangan tentara Israel dari wilayah utara dan timur Kota Gaza ke bagian selatan dan barat secara signifikan meningkatkan permintaan air, kata pemerintah kota.

Mereka pun menyerukan kepada komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan untuk segera bertindak guna “membantu meringankan skala bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung dan membantu pemerintah kota dalam memastikan pasokan air minimum bagi penduduk.”

Sejak 2 Maret, Israel menutup semua pintu perbatasan, memblokir masuknya makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan penting lainnya bagi 2,4 juta penduduk Gaza.

Menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangan dahsyat di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menewaskan lebih dari 54.400 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak. Badan bantuan kemanusiaan memperingatkan risiko kelaparan bagi lebih dari 2 juta penduduk enclave tersebut.

Pada November lalu, International Criminal Court mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di International Court of Justice terkait kejahatan perang yang dilakukan terhadap warga sipil di wilayah tersebut.

SUMBER:AA