Majelis rendah parlemen Rusia telah membatalkan perjanjian dengan Amerika Serikat mengenai pengelolaan cadangan besar plutonium tingkat senjata yang tersisa dari ribuan hulu ledak nuklir era Perang Dingin.
Duma Negara, majelis rendah dari Majelis Federal Rusia, dalam pernyataannya pada Rabu mengatakan bahwa Perjanjian Pengelolaan dan Pembuangan Plutonium resmi dibatalkan oleh para anggota parlemen setelah rancangan undang-undang terkait disahkan dalam sidang pleno parlemen.
“Keputusan ini diambil semata-mata demi kepentingan Federasi Rusia dan warganya. Kami membatalkan perjanjian yang seharusnya dihentikan sejak lama,” ujar Ketua Duma Negara Vyacheslav Volodin dalam pernyataan yang menyoroti pengesahan rancangan undang-undang tersebut.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Luar Negeri Rusia atas perannya dalam proses tersebut.
“Mereka yang ingin mengeksploitasi Rusia harus memahami bahwa hal itu tidak akan terjadi. Kami memiliki presiden yang kuat, parlemen yang bertanggung jawab, dan pemerintahan yang efektif,” tambahnya.
Menjaga komitmen Rusia terhadap Perjanjian Pengelolaan dan Pembuangan Plutonium dengan Amerika Serikat kini tidak lagi dapat diterima, lapor TASS mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov.
“Amerika Serikat telah mengambil serangkaian langkah baru yang bersifat anti-Rusia dan secara fundamental mengubah keseimbangan strategis yang ada saat perjanjian dibuat, sekaligus menciptakan ancaman tambahan terhadap stabilitas strategis,” bunyi pernyataan Rusia dalam dokumen penarikan diri dari perjanjian tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov, yang juga hadir dalam sidang pleno, menjelaskan kepada para anggota parlemen bahwa alasan pembatalan kesepakatan ini adalah “perubahan mendasar dalam situasi”, termasuk penerapan sanksi oleh Washington terhadap Moskow dan perluasan NATO ke arah timur.
Ia menambahkan bahwa pihak Rusia sebenarnya telah merumuskan syarat untuk melanjutkan perjanjian tersebut, namun hingga kini tidak ada satu pun yang dapat dipenuhi.
“Dalam kondisi seperti ini, proses penghentian kerja sama dengan pihak Amerika di bawah perjanjian tersebut, bahkan dari sisi formal, tampak sebagai langkah yang alami,” ujarnya.
Perjanjian Pengelolaan dan Pembuangan Plutonium, yang ditandatangani pada tahun 2000, mengikat Moskow dan Washington untuk membuang masing-masing 34 ton plutonium tingkat senjata.
Kesepakatan itu diamandemen pada 2010 dan mulai berlaku setahun kemudian.
Pada Oktober 2016, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang menangguhkan pelaksanaan perjanjian oleh Moskow, dengan alasan berbagai faktor, termasuk apa yang disebut sebagai “munculnya ancaman terhadap stabilitas strategis akibat tindakan tidak bersahabat dari Amerika Serikat terhadap Federasi Rusia.”