Lonjakan jumlah pengungsi terjadi setelah hujan ekstrem memicu banjir besar dan tanah longsor di sejumlah daerah sejak awal pekan. Berdasarkan data yang dipaparkan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, ada 894.501 warga yang kini bertahan di berbagai titik pengungsian.
Data per Rabu (10/12) menunjukkan Aceh menjadi wilayah dengan dampak paling besar, yakni 831.124 pengungsi, disusul 45.965 warga di Sumatera Utara dan 17.412 di Sumatera Barat.
Korban jiwa pun cukup tinggi:
Aceh: 391 meninggal, 31 hilang
Sumatera Utara: 340 meninggal, 128 hilang
Sumatera Barat: 238 meninggal, 93 hilang
BNPB mencatat jumlah orang hilang secara keseluruhan menurun menjadi 252 orang setelah sebagian korban ditemukan melalui operasi SAR.
Prioritas bantuan dan perlindungan kelompok rentan
Menurut Abdul, pemenuhan kebutuhan dasar bagi ratusan ribu pengungsi menjadi fokus utama pemerintah. Bantuan berupa pangan, air bersih, obat-obatan, hingga layanan khusus untuk anak-anak, lansia, dan ibu hamil terus disalurkan melalui posko-posko pengungsian.
TNI, Polri, pemerintah daerah, dan relawan juga dikerahkan untuk memverifikasi data korban, memantau titik terdampak, dan memastikan pasokan bantuan tidak terhambat.
Akses terbatas menuju beberapa wilayah masih terisolasi serta cuaca yang belum stabil menjadi kendala utama tim gabungan di lapangan. Meski begitu, operasi pencarian dan pertolongan tetap diperluas untuk mempercepat penemuan korban.
Manajemen logistik diperketat melalui posko-posko utama di Aceh Besar, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Posko ini menjadi pusat kendali distribusi bantuan dan pusat informasi selama masa tanggap darurat.
BNPB menegaskan pemantauan situasi dilakukan secara berkala untuk memastikan kebutuhan pengungsi dapat terpenuhi dan risiko tambahan dapat ditekan selama penanganan berlangsung.















