Ledakan ganda mengguncang masjid di kompleks SMA Negeri 72 Jakarta Utara pada Jumat siang waktu setempat, menimbulkan kepanikan di antara siswa yang tengah mendengarkan khutbah Jumat. Polisi mengonfirmasi setidaknya 96 orang terluka, sebagian besar siswa, dengan 29 di antaranya masih dirawat di rumah sakit pada Sabtu.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengatakan Presiden Prabowo Subianto menyampaikan keprihatinan mendalam dan memerintahkan agar penanganan korban menjadi prioritas utama.
“Ini keprihatinan kita bersama. Presiden menekankan pentingnya langkah cepat untuk memastikan keselamatan para korban,” ujar Prasetyo Hadi dalam konferensi pers di Istana Merdeka, pada Jumat. Ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan bahwa dua korban masih menjalani operasi dan salah satunya adalah terduga pelaku ledakan. Dari hasil olah TKP, polisi menemukan sejumlah barang bukti, termasuk senjata mainan dan tulisan-tulisan yang diduga berkaitan dengan aksi tersebut.
Kronologi ledakan
Wakil Menko Polhukam Lodewijk Freidrich Paulus menyebut ledakan terjadi sekitar pukul 12.15 waktu setempat, tepat saat khutbah Jumat dimulai di masjid sekolah.
“Terdapat dua ledakan, satu di bagian belakang dan satu di dekat pintu masjid,” ujarnya.
Polisi menemukan dua benda menyerupai senjata api di lokasi kejadian—satu laras panjang dan satu pistol, yang dikonfirmasi merupakan senjata mainan.
Namun, temuan tersebut menarik perhatian karena di bagian laras tertulis “14 Words. For Agartha” dan di bagian badan senjata mainan terdapat tulisan “Brenton Tarrant. Welcome to Hell.” Nama tersebut merujuk pada pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada 2019, yang menewaskan 51 orang.

Penyelidikan berlanjut
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad mengonfirmasi bahwa pelaku berusia 17 tahun dan merupakan siswa SMA Negeri 72 Jakarta.
Hingga kini, Densus 88 dan Ditreskrimum Polda Metro Jaya masih menelusuri motif pelaku. “Motif masih didalami melalui barang bukti, hasil penggeledahan, serta keterangan saksi. Termasuk aktivitas media sosial pelaku,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Budi Hermanto, dikutip oleh saluran berita Kompas.com.
Penyidik juga menelusuri kemungkinan pelaku pernah tergabung dalam komunitas daring yang memiliki afiliasi dengan kelompok teror atau ideologi ekstrem.
Polisi menegaskan bahwa tidak ada indikasi serangan terorisme terorganisir dalam kasus ini, namun penyelidikan terhadap latar belakang ideologis dan jaringan daring pelaku masih terus dilakukan.
Dalam penggeledahan di rumah terduga pelaku di kawasan Jakarta Utara, polisi menyita serbuk yang diduga menjadi pemicu ledakan di masjid sekolah tersebut. Selain itu, ditemukan juga senjata mainan dan tulisan-tulisan dengan simbol yang menyerupai propaganda ekstremisme.













