BISNIS DAN TEKNOLOGI
3 menit membaca
Terkena tarif AS, Indonesia berencana jual udang ke China sebagai alternatif
Tarif AS telah memukul sektor ekspor udang Indonesia, mendorong para petani untuk menunda rencana pertumbuhan dan mengalihkan fokus ke China dan pasar alternatif lain. Pakar industri memperingatkan penurunan tajam dalam penjualan dan lowongan kerja.
Terkena tarif AS, Indonesia berencana jual udang ke China sebagai alternatif
Pemandangan kolam di Ujung Kulon Sukses Makmur Abadi, prusahaan tambak udang di Pandeglang, Banten, 29 Juli 2025. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana / Reuters
7 Agustus 2025

Di pesisir selatan pulau Jawa, petambak udang Indonesia Denny Leonardo merasakan dampak kebijakan perdagangan AS dengan Indonesia yang baru-baru ini disepakati. Rencana untuk memperluas tambaknya yang berjumlah 150 tambak dengan membangun 100 tambak lagi telah dibatalkan setelah pesanan dari Amerika mulai menurun pada awal tahun ini—dipicu oleh pengumuman tarif baru oleh mantan Presiden AS Donald Trump untuk udang Indonesia.

Meskipun tarif akhir yang disepakati pada bulan Juli diturunkan menjadi 19 persen dari ancaman awal 32 persen, namun dampaknya tetap signifikan. 

"Tekanan dari AS mendorong kami untuk mencari pasar baru dan mengurangi ketergantungan kami pada pasar mereka," kata Leonardo, 30, sebagaimana yang dikutip dari Reuters.

AS telah lama menjadi pembeli udang terbesar Indonesia, menyumbang 60 persen dari ekspor udang negara itu senilai $1,68 miliar pada tahun 2024. Namun dengan adanya tarif baru, para pemimpin industri memperingatkan akan adanya dampak serius di sektor ini. 

Andi Tamsil, Ketua Gabungan Petani Udang Indonesia, memperkirakan volume ekspor tahun ini bisa menurun hingga 30 persen, membahayakan lapangan kerja hingga satu juta orang di seluruh sektor.

Banyak pembeli Amerika masih ragu-ragu. Budhi Wibowo, yang memimpin asosiasi perusahaan makanan laut, mengatakan pelanggan AS sebagian besar telah menunda impor. Ia menambahkan bahwa tarif 19 persen membuat udang Indonesia kurang kompetitif, terutama dibandingkan dengan negara produsen makanan laut lain. Contohnya Ekuador, negara ini hanya dikenakan tarif 15 persen, Ekuador juga merupakan eksportir udang budidaya terbesar di dunia saat ini.

TerkaitTRT Global - Tarif AS akan menghambat pertumbuhan di Asia dan Pasifik: ADB

Pencarian pasar alternatif

Pemberlakuan tarif AS sebesar 19 persen pada produk Indonesia baru-baru ini telah menyebabkan dampak yang signifikan di seluruh sektor, banyak produsen dari seluruh sektor sekarang dipaksakan untuk mencari alternatif pasar atau menyesuaikan dengan kenyataan pasar global baru-baru ini, termasuk sektor produksi makanan laut. 

Meskipun China  adalah importir udang terbesar di dunia, China bukanlah pasar utama bagi pedagang udang Indonesia, sebelumnya hanya menyumbang 2 persen dari ekspor makanan lautnya. 

Namun, hal itu berubah. Pada bulan Juni, Tamsil memimpin delegasi perdagangan ke Guangzhou untuk bertemu dengan calon mitra di China, termasuk importir dan pelaku usaha makanan. "China membawa peluang besar—mengimpor sekitar satu juta ton per tahun," kata Tamsil. "Bahkan jika berhasil mendapatkan 20 persen dari jumlah tersebut, itu akan menjadi kemenangan besar."

Pemerintah dan pelaku industri juga berupaya memperluas ekspor ke kawasan lain seperti Timur Tengah, Korea Selatan, Taiwan, dan Uni Eropa—terutama karena Indonesia semakin dekat dengan penyelesaian perjanjian perdagangan dengan Brussel.

Kembali di petambakannya, Leonardo sedang menyesuaikan diri dengan kenyataan baru. Meskipun tetap yakin bisnisnya akan bertahan, ia mengurangi ekspektasi pertumbuhan. "Saya yakin kami akan bertahan—permintaan akan selalu ada. Tapi ekspansi seperti yang saya harapkan? Mungkin itu harus menunggu," ujarnya kepada Reuters.

SUMBER:Reuters