Raksasa industri Jerman, Bosch, pada Kamis mengumumkan akan memangkas 13.000 pekerjaan, sebagian besar di unit otomotifnya, menjadi pukulan terbaru bagi sektor otomotif negara itu yang tengah terpuruk.
Industri mobil di ekonomi terbesar Eropa itu terpukul oleh persaingan ketat di pasar utama China, lemahnya permintaan, serta peralihan ke kendaraan listrik yang lebih lambat dari perkiraan.
Seluruh pemangkasan akan dilakukan di Jerman, mencakup sekitar 10 persen dari total karyawan Bosch di dalam negeri, atau tiga persen dari staf globalnya.
Bosch — pemasok otomotif terbesar di dunia yang memproduksi mulai dari sistem pengereman, kemudi, hingga sensor — mengatakan langkah itu diperlukan untuk menghemat biaya tahunan sebesar 2,5 miliar euro (sekitar 2,9 miliar dolar AS) di divisi mobilnya.
“Permintaan untuk produk kami bergeser secara signifikan ke wilayah di luar Eropa,” kata Stefan Grosch, kepala hubungan industrial Bosch. “Kami perlu menyesuaikan diri ke arah pasar dan pelanggan kami berada.”
Perwakilan pekerja berjanji akan menolak pemangkasan tersebut, menyebutnya “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Transisi EV yang lambat
Bosch sebelumnya telah mengumumkan 9.000 pemangkasan sejak tahun lalu, sementara pemasok otomotif lain, termasuk Schaeffler dan Continental, juga telah memangkas ribuan pekerjaan.
Para produsen mobil besar sendiri menghadapi masalah serius. Volkswagen dengan 10 merek di bawah naungannya — produsen mobil terbesar di Eropa — berencana mengurangi ribuan pekerjaan di Jerman seiring penurunan penjualan dan laba.
Porsche, anak usaha VW, pekan lalu menunda peluncuran kendaraan listriknya karena lemahnya permintaan.
Peralihan ke kendaraan listrik menjadi tantangan utama, dengan banyak perusahaan sudah berinvestasi besar-besaran, namun adopsi mobil listrik di Eropa belum berjalan sesuai harapan.
“Elektromobilitas tidak berkembang secepat yang diperkirakan,” kata Marco Zehe, kepala divisi elektrifikasi Bosch. “Itu berarti kita memiliki banyak kapasitas berlebih, khususnya di Eropa dan terutama di Jerman.”
Di saat yang sama, perang harga sengit di pasar otomotif China menggerus margin keuntungan para pemasok suku cadang, membuat ruang gerak semakin sempit.
“Ada tekanan harga dan persaingan yang sangat besar di seluruh industri otomotif,” kata Zehe. “Baik bagi produsen mobil maupun para pemasoknya.”
Dalam jangka panjang, produsen mobil semakin cenderung mengambil komponen dari mitra lokal di pasar luar negeri, mengancam kebutuhan akan suku cadang buatan Jerman.
“Tren menuju lokalisasi tidak bisa dihentikan,” kata Markus Heyn, kepala divisi Bosch Mobility, kepada surat kabar Stuttgarter Zeitung awal bulan ini. “Hari-hari ketika Jerman bisa memproduksi banyak hal untuk seluruh dunia sudah berakhir.”
‘Bencana sosial’
Meski mengakui situasi industri otomotif Jerman “sangat tegang,” Frank Sell, kepala dewan kerja Bosch Mobility, menegaskan akan melawan rencana pemangkasan itu.
“Kami sama sekali menolak pemutusan hubungan kerja dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini,” ujarnya, sambil menyoroti bahwa Bosch tidak memberikan jaminan untuk tidak menutup pabrik di Jerman.
“Bosch tidak hanya mengkhianati kepercayaan mereka yang telah membesarkan perusahaan ini, tetapi juga meninggalkan bencana sosial di banyak wilayah,” kata Sell.
Berbicara kepada wartawan, Grosch menegaskan Jerman tetap menjadi bagian “sentral” dari masa depan Bosch.
“Kami tetap berkomitmen pada lokasi ini, tetap berkomitmen pada Eropa, dan melakukan segala upaya untuk terus meningkatkan daya saing dengan usaha kami sendiri,” ujarnya.