Jurnalis Maroko, Younes Ait Yassine, salah satu peserta Armada Global Sumud yang bertujuan untuk memecahkan blokade di Gaza, mengatakan bahwa para aktivis yang ditahan oleh Israel mengalami "pelecehan verbal, fisik, dan psikologis."
Pernyataannya disampaikan pada hari Minggu ketika tiga aktivis Maroko kembali ke negara mereka melalui Istanbul setelah dibebaskan oleh otoritas Israel.
Armada Global Sumud berlayar pada akhir Agustus dengan tujuan memberikan bantuan ke Gaza, tetapi Israel menyerang kapal-kapal tersebut awal pekan ini, menahan lebih dari 400 orang, yang mulai dideportasi pada hari Jumat.
Pada Sabtu sore, 137 aktivis dari berbagai negara, termasuk empat warga Maroko, tiba di Bandara Istanbul dengan penerbangan khusus Turkish Airlines. Sementara itu, dua aktivis Maroko lainnya masih ditahan, menurut kelompok hak asasi manusia.
"Ini adalah pengalaman yang belum pernah terjadi sebelumnya — kami sangat menderita setelah diculik di perairan internasional oleh pendudukan Israel," kata Ait Yassine kepada wartawan.
"Selama penahanan kami, kami mengalami pelecehan verbal, fisik, dan psikologis, serta pelanggaran dan penghinaan terhadap martabat kemanusiaan kami."
'Penolakan terhadap normalisasi'
Puluhan warga Maroko berkumpul di Bandara Internasional Mohammed V di Casablanca, mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan slogan-slogan menentang perang genosida Israel untuk menunjukkan solidaritas dengan para aktivis yang kembali.
"Saya akan melepas topi saya sebagai jurnalis dan berbicara sebagai orang Maroko — sudah saatnya penolakan publik terhadap normalisasi tercermin dalam kebijakan pemerintah. Tidak ada pembenaran untuk melanjutkan hubungan dengan negara yang melakukan pembajakan dan menculik ratusan aktivis di laut lepas," tambah Ait Yassine. Maroko menandatangani Abraham Accords dan menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020.
Serangan Israel terhadap armada tersebut telah memicu protes publik dan kecaman resmi di beberapa negara, serta seruan yang semakin meningkat untuk pembebasan para aktivis yang ditahan dan agar Tel Aviv dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum internasional.
Israel telah mempertahankan blokade Gaza, yang merupakan rumah bagi hampir 2,4 juta orang, selama hampir 18 tahun.
Israel telah membunuh lebih dari 67.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejauh ini dalam pembantaian di Gaza yang terkepung.
Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza yang diblokade, dan praktis telah menggusur hampir seluruh populasinya.