Indonesia dan Belanda terus memperkuat kolaborasi di bidang riset dan pendidikan tinggi sebagai upaya bersama menghadapi tantangan global dan membangun masa depan yang berkelanjutan.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menekankan pentingnya peran riset dan pendidikan dalam menjawab berbagai persoalan dunia, mulai dari perubahan iklim, krisis kesehatan global, hingga ketahanan pangan dan energi.
Handoko menilai hubungan Indonesia dan Belanda memiliki makna historis dan strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi. Melalui enam edisi WINNER, kedua negara telah bekerja sama dalam berbagai bidang seperti pertanian, kelautan, kesehatan, dan teknologi.
Pendidikan dan riset sebagai kunci menghadapi krisis global
Menurut Handoko, pendidikan dan riset saling melengkapi dalam membentuk masyarakat yang adaptif dan inovatif. Pendidikan, katanya, membangun karakter dan kreativitas generasi muda, sementara riset memberikan landasan ilmiah untuk menciptakan solusi berkelanjutan.
“Bersama, pendidikan dan riset bukan hanya mempersiapkan kita untuk merespons krisis, tetapi juga membantu membayangkan berbagai kemungkinan baru,” ujarnya.
Sebagai lembaga riset nasional, BRIN berkomitmen memperkuat ekosistem riset di Indonesia dan menghubungkannya dengan jaringan ilmiah internasional. Evaluasi rutin terhadap program kolaborasi dinilai penting agar hasilnya dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
“Ilmu pengetahuan harus menjangkau masyarakat, meningkatkan kesejahteraan, dan melindungi planet kita,” tegas Handoko.
Riset lintas negara dan semangat kemitraan setara
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Sains Belanda, Gouke Moes, menyebut WINNER sebagai platform penting untuk mempertemukan peneliti lintas disiplin. Ia menekankan pentingnya keterbukaan dan kerja sama internasional di tengah isu-isu global yang semakin kompleks.
“Sebagaimana pengetahuan bersifat tanpa batas, demikian pula mereka yang mencarinya harus bersikap terbuka dan kooperatif,” ujarnya.
Salah satu hasil nyata kolaborasi tersebut adalah riset terhadap koleksi sejarah dan ilmiah yang berkaitan dengan konteks kolonial, termasuk pengembalian Koleksi Dubois ke Indonesia sebagai simbol kemitraan yang saling menghormati.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Brian Yuliarto, menegaskan bahwa kerja sama internasional menjadi semakin penting di tengah transformasi pendidikan tinggi menuju era University 4.0.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 159 dokumen kerja sama aktif antaruniversitas (U2U) antara Indonesia dan Belanda. Tema WINNER 2025, menurutnya, sejalan dengan kebijakan baru Kemdiktisaintek “Diktisaintek Berdampak,” yang menempatkan pendidikan tinggi sebagai motor pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.
“Pendidikan tinggi harus berperan tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga menjadi penggerak transformasi sosial dan ekonomi,” ujar Brian.
Ia menutup dengan ajakan agar kolaborasi riset terus diperluas. “Mari kita terus berkolaborasi membangun masa depan yang berkelanjutan bagi Indonesia dan Belanda,” pungkasnya.
