IKLIM
3 menit membaca
Indonesia menghadapi risiko banjir yang lebih besar di musim hujan ini
BMKG memperingatkan puncak musim hujan yang lebih lama dan curah hujan ekstrem, meningkatkan potensi bencana banjir di banyak kota.
Indonesia menghadapi risiko banjir yang lebih besar di musim hujan ini
Jalan tergenang setelah hujan deras semalaman di Legian, Badung, Bali.
15 September 2025

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia akan mengalami puncak musim hujan yang lebih panjang dari biasanya tahun ini. Situasi ini membawa risiko banjir dan curah hujan ekstrem yang lebih tinggi di banyak wilayah di Indonesia.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa musim hujan akan dimulai bulan ini dan berlangsung hingga April 2026. Menurutnya, puncak musim hujan akan terjadi pada November hingga Desember 2025 di Sumatera dan Kalimantan, sementara Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua akan mengalaminya pada Januari hingga Februari 2026.

"Kita harus waspada karena puncak musim hujan cukup panjang dan terjadi di hampir semua wilayah di Indonesia," ujar Dwikorita, seperti dikutip oleh Reuters.

Sejalan dengan Dwikorita, Guswanto, pejabat lain di BMKG, menambahkan, "Risiko banjir tinggi antara November tahun ini dan Februari tahun depan."

Selain itu, BMKG juga memperingatkan adanya curah hujan ekstrem dalam waktu singkat. Dwikorita menyebutkan bahwa beberapa daerah bisa diguyur hujan setara dengan curah hujan satu bulan hanya dalam satu hari. Peringatan ini datang setelah Bali mengalami curah hujan ekstrem setara curah hujan satu bulan dalam dua hari, memicu banjir yang menewaskan 23 orang dan memaksa evakuasi lebih dari 500 orang.

TerkaitTRT Global - Hujan deras menyebabkan banjir dan bangunan roboh di Denpasar, Bali

Faktor iklim dan kesiapsiagaan

Musim hujan yang lebih panjang ini sebagian besar dipengaruhi oleh dinamika atmosfer, termasuk fenomena iklim global. Sementara El Niño biasanya menyebabkan kekeringan, adanya pola cuaca lain bisa memicu curah hujan yang intens. Menurut sejumlah ahli iklim, meskipun musim hujan adalah siklus tahunan yang normal di Indonesia, perubahan iklim global telah meningkatkan intensitas dan durasi badai, serta curah hujan ekstrem.

Kondisi ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah berupaya meningkatkan mitigasi bencana melalui berbagai program, termasuk sistem peringatan dini (EWS) untuk bencana hidrometeorologi. Namun, BMKG menekankan bahwa kewaspadaan masyarakat tetap menjadi kunci. Dwikorita mengimbau masyarakat untuk memantau informasi cuaca secara rutin dan mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti membersihkan saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan.

Bencana yang terjadi di Bali, yang digambarkan oleh BNPB sebagai bencana hidrometeorologi terburuk dalam satu dekade terakhir, menjadi pengingat yang menyakitkan bahwa infrastruktur di banyak wilayah masih belum mampu menampung curah hujan yang begitu ekstrem. Banjir yang terjadi di Denpasar, misalnya, tidak hanya disebabkan oleh intensitas hujan, tetapi juga oleh sistem drainase yang kesulitan menampung volume air yang sangat besar.

Dampak dan langkah pencegahan

Ancaman bencana ini tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tetapi juga pada sektor-sektor penting lainnya. Risiko banjir dan tanah longsor di daerah perbukitan bisa mengganggu jalur transportasi dan aktivitas ekonomi. Selain itu, curah hujan berlebihan dapat merusak lahan pertanian, mengganggu pasokan pangan, dan meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air.

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam menghadapi ancaman ini. Langkah-langkah preventif, seperti penataan ruang yang lebih baik, pembangunan infrastruktur drainase yang mumpuni, serta program edukasi bencana berbasis komunitas, menjadi sangat krusial.

Dengan proyeksi musim hujan yang lebih panjang dan intens, Indonesia kini berada di titik kritis. Kesiapsiagaan, kolaborasi, dan adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi satu-satunya jalan untuk meminimalkan dampak buruk yang mungkin terjadi.

SUMBER:TRT Indonesia & Agensi
Jelajahi
Kebakaran di Konferensi Iklim PBB di Brasil memicu kekacauan, mengganggu negosiasi yang berada di titik kritis
Banjir di Vietnam tengah tewaskan puluhan orang, hujan lebih deras diperkirakan menyusul
Bibit Siklon Tropis 97S menguat di Laut Timor, BMKG peringatkan cuaca ekstrem
COP30 memasuki fase penting saat menteri-menteri menangani perselisihan iklim yang paling sulit
Badai Claudia tewaskan tiga orang di Portugal, sebabkan banjir di Inggris
Indonesia dan Kongo bentuk aliansi lahan gambut, Jakarta dorong perdagangan karbon di COP30
Indonesia–Norwegia bahas solusi pengelolaan sampah plastik dalam pertemuan bilateral
Indonesia–Swedia tingkatkan kolaborasi iklim lewat mekanisme kredit karbon
Tanah longsor di Cilacap tewaskan 3 orang, puluhan dalam pencarian
Dunia mengalami peningkatan suhu 2,6°C karena negara-negara gagal mencapai target iklim: laporan
BMKG peringatkan cuaca ekstrem akibat badai tropis Fung-Wong
Jamaika dan negara pulau kecil ingatkan COP30, target 1,5°C adalah 'garis kelangsungan hidup kami'
Operasi modifikasi cuaca digelar untuk cegah banjir di Jakarta
Topan Fung-wong melemah di Laut Filipina Barat, warga tetap diminta waspada
Filipina perintahkan evakuasi massal dan batalkan penerbangan saat topan Fung-wong mendekat
Guterres mengecam tindakan global saat para pemimpin dunia berkumpul di Brasil untuk COP30
Topan Kalmaegi hantam Vietnam setelah menewaskan 188 orang di Filipina
Brasil luncurkan dana hutan senilai US$125 miliar untuk membayar negara yang menjaga hutan hujan
Dampak Topan Kalmaegi di Filipina terus berlanjut: 114 tewas dan 127 hilang
Krisis iklim kini menjadi 'bencana kemanusiaan,' IFRC memperingatkan sebelum COP30