IKLIM
2 menit membaca
BMKG peringatkan cuaca ekstrem akibat badai tropis Fung-Wong
BMKG juga meminta perhatian khusus bagi nelayan dan operator transportasi laut terhadap potensi gelombang tinggi di sejumlah perairan, termasuk Samudra Hindia barat Sumatra–selatan Jawa, Laut Banda, Laut Flores, dan Laut Arafura.
BMKG peringatkan cuaca ekstrem akibat badai tropis Fung-Wong
Warga berjalan di sepanjang bagian jalan Baler-Casiguran yang rusak akibat gelombang pasang yang disebabkan oleh Topan Fung-wong. / Reuters
13 November 2025

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini atas meningkatnya potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia selama sepekan ke depan. Fenomena ini dipicu oleh kombinasi sistem atmosfer global, termasuk pengaruh tidak langsung dari Siklon Tropis Fung-Wong yang kini bergerak di Laut Filipina bagian timur.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem ini merupakan hasil dari aktivitas atmosfer berskala global hingga lokal yang tengah aktif bersamaan.

“Beberapa faktor utama yang berperan antara lain Siklon Tropis Fung-WONG, aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby Ekuator yang masih aktif hingga pertengahan November 2025,” ujarnya dalam pernyataan resmi BMKG.

Menurut BMKG, badai Fung-Wong yang bergerak ke barat laut menuju Luzon membawa efek tidak langsung bagi Indonesia, antara lain peningkatan pembentukan awan hujan dan kecepatan angin lebih dari 25 knot di wilayah Kalimantan Utara, Sulawesi, Maluku, dan Papua bagian utara.

Dampak tidak langsung

BMKG juga memperkirakan potensi angin kencang di Banten, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatra Barat. Pada periode 13–16 November 2025, cuaca ekstrem masih mungkin berlanjut di Bengkulu, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

Sementara itu, interaksi antara MJO fase 5 (Maritime Continent), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator memperkuat potensi awan konvektif di sebagian besar wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Kondisi ini meningkatkan risiko banjir, tanah longsor, serta angin kencang dalam beberapa hari mendatang.

BMKG juga meminta perhatian khusus bagi nelayan dan operator transportasi laut terhadap potensi gelombang tinggi di sejumlah perairan, termasuk Samudra Hindia barat Sumatra–selatan Jawa, Laut Banda, Laut Flores, dan Laut Arafura.

Masyarakat diminta terus memantau pembaruan prakiraan cuaca harian dan peringatan dini melalui kanal resmi BMKG.

TerkaitTRT Indonesia - 1,4 juta orang dievakuasi saat badai topan mematikan Fung-wong hantam Filipina
SUMBER:TRT Indonesia
Jelajahi
Kebakaran di Konferensi Iklim PBB di Brasil memicu kekacauan, mengganggu negosiasi yang berada di titik kritis
Banjir di Vietnam tengah tewaskan puluhan orang, hujan lebih deras diperkirakan menyusul
Bibit Siklon Tropis 97S menguat di Laut Timor, BMKG peringatkan cuaca ekstrem
COP30 memasuki fase penting saat menteri-menteri menangani perselisihan iklim yang paling sulit
Badai Claudia tewaskan tiga orang di Portugal, sebabkan banjir di Inggris
Indonesia dan Kongo bentuk aliansi lahan gambut, Jakarta dorong perdagangan karbon di COP30
Indonesia–Norwegia bahas solusi pengelolaan sampah plastik dalam pertemuan bilateral
Indonesia–Swedia tingkatkan kolaborasi iklim lewat mekanisme kredit karbon
Tanah longsor di Cilacap tewaskan 3 orang, puluhan dalam pencarian
Dunia mengalami peningkatan suhu 2,6°C karena negara-negara gagal mencapai target iklim: laporan
Jamaika dan negara pulau kecil ingatkan COP30, target 1,5°C adalah 'garis kelangsungan hidup kami'
Operasi modifikasi cuaca digelar untuk cegah banjir di Jakarta
Topan Fung-wong melemah di Laut Filipina Barat, warga tetap diminta waspada
Filipina perintahkan evakuasi massal dan batalkan penerbangan saat topan Fung-wong mendekat
Guterres mengecam tindakan global saat para pemimpin dunia berkumpul di Brasil untuk COP30
Topan Kalmaegi hantam Vietnam setelah menewaskan 188 orang di Filipina
Brasil luncurkan dana hutan senilai US$125 miliar untuk membayar negara yang menjaga hutan hujan
Dampak Topan Kalmaegi di Filipina terus berlanjut: 114 tewas dan 127 hilang
Krisis iklim kini menjadi 'bencana kemanusiaan,' IFRC memperingatkan sebelum COP30
Hanya 5 menit, puting beliung rusak 160 rumah di Desa Sumbersekar, Malang