Jumlah korban meninggal dunia akibat runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, terus bertambah. Tim SAR gabungan melaporkan pada Jumat, bahwa total korban meninggal telah mencapai 13 orang, sementara puluhan lainnya masih dicari di bawah reruntuhan bangunan.
Sebagian bangunan bertingkat di kompleks pesantren tersebut tiba-tiba ambruk pada Senin (29/9) saat para santri tengah bersiap untuk salat asar. Peristiwa terjadi begitu cepat hingga banyak siswa tidak sempat menyelamatkan diri. Operasi pencarian pun segera dilakukan oleh tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan setempat.
Kepala Kantor Basarnas Jawa Timur, Nanang Sigit, mengatakan bahwa tim berhasil mengevakuasi delapan jenazah dalam operasi hari kelima, Jumat. Dua korban pertama ditemukan pada pagi hari di area tempat wudhu sektor A2 sekitar pukul 07.30 dan 07.36 waktu setempat. Seiring berjalannya operasi, korban lain juga ditemukan di sektor A1, A3, dan A4.
“Tim SAR gabungan terus bekerja tanpa henti sejak hari pertama. Di hari kelima ini, delapan korban berhasil kami evakuasi dengan upaya maksimal di bawah puing-puing yang sangat kompleks,” ujar Nanang dalam keterangan resmi.
Nanang menjelaskan bahwa proses pembersihan puing difokuskan pada sisi utara bangunan yang tidak terhubung dengan struktur utama untuk memudahkan akses dan mempercepat evakuasi. Pekerjaan dengan alat berat sempat dihentikan sementara setiap kali tim menemukan korban, untuk memungkinkan proses evakuasi manual dari bawah reruntuhan berlangsung aman. Setelah korban berhasil dievakuasi, pembersihan beton dilanjutkan kembali.
Sebelumnya, pada Jumat siang, Nanang mengonfirmasi bahwa tiga jenazah tambahan ditemukan sekitar pukul 17.30 waktu setempat di lokasi yang berjarak beberapa meter dari titik penemuan sebelumnya. Ketiganya dalam kondisi tidak bernyawa dan segera dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi. “Hasil operasi hingga sore ini ada tambahan tiga korban yang berhasil dievakuasi,” kata Nanang kepada awak media.
Hingga hari kelima pasca kejadian, total korban tercatat sebanyak 116 orang. Dari jumlah tersebut, 103 orang dinyatakan selamat, 13 meninggal dunia, dan 50 korban masih dalam pencarian. Sebelumnya, para pejabat menyebut sedikitnya 59 orang dikhawatirkan masih terjebak di bawah puing-puing sebelum lima jenazah ditemukan pada Jumat pagi.
Operasi penyelamatan semakin intensif
Operasi pencarian berlangsung dalam kondisi yang penuh tantangan. Struktur bangunan yang tidak stabil membuat setiap getaran di satu titik dapat memengaruhi area lain. Selain itu, operasi sempat terganggu akibat gempa bumi pada Selasa malam yang mengguncang wilayah tersebut dan memaksa tim SAR menghentikan sementara pencarian.
Setelah 72 jam “golden period” berlalu, keluarga korban akhirnya menyetujui penggunaan alat berat untuk mempercepat evakuasi. Setidaknya satu crane telah dikerahkan dan lebih banyak alat dipersiapkan untuk membantu proses pembersihan.
Nanang menyatakan bahwa sekitar 50 persen material beton bangunan sudah berhasil dipindahkan, dan tim berkomitmen untuk terus bekerja 24 jam sampai seluruh area dinyatakan aman. Pihak keluarga korban juga dilibatkan dalam proses evakuasi, meski hanya perwakilan yang diizinkan untuk menyaksikan dari dekat.
Penyelidikan terhadap penyebab runtuhnya bangunan masih berlangsung. Indikasi awal mengarah pada dugaan kualitas konstruksi yang tidak memenuhi standar. Pemerintah daerah dan tim ahli sedang menelusuri lebih lanjut untuk memastikan penyebab pasti tragedi yang menelan banyak korban jiwa ini.
