Raksasa teknologi China, Huawei, berencana meluncurkan sistem komputasi canggih yang memungkinkan chip terhubung dengan kecepatan tinggi, kata seorang eksekutif, saat Beijing berupaya memperkuat kemampuan AI domestik dan mengurangi ketergantungan pada perusahaan Barat.
Chip komputer canggih menjadi pusat ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat, yang telah memberlakukan pembatasan ekspor chip AI ke perusahaan-perusahaan China.
Huawei yang berbasis di Shenzhen dan Nvidia dari California termasuk di antara perusahaan teknologi yang berulang kali terdampak persaingan ini, masing-masing menghadapi berbagai pembatasan dalam operasi luar negeri mereka.
Wakil Ketua Huawei, Eric Xu, mengatakan pada Kamis bahwa perusahaan bermaksud meluncurkan Atlas 950 dan Atlas 960 "SuperPoDs" sebagai bagian dari upaya memenuhi "permintaan komputasi jangka panjang," menurut siaran pers.
Produk ini akan digunakan untuk mengintegrasikan ribuan chip Huawei, secara signifikan meningkatkan daya komputasi yang mendukung berbagai aplikasi AI.
Peluncuran diperkirakan pada kuartal keempat tahun 2026 dan 2027, menurut salinan pidato Xu yang dilihat AFP.
Sebelumnya, laporan dari media bisnis China yang dikendalikan negara, Jiemian, keliru menyebut Atlas 950 akan diluncurkan tahun ini.
“Kedua SuperPoDs ini akan memberikan performa terdepan di industri di berbagai metrik utama, termasuk jumlah NPU (neural processing units), total daya komputasi, kapasitas memori, dan bandwidth interkoneksi,” kata Xu, dikutip dalam siaran pers.

Alternatif lokal
Pengumuman ini muncul sehari setelah laporan Financial Times menyebut regulator internet China memerintahkan raksasa teknologi domestik, termasuk Alibaba dan ByteDance, untuk menghentikan pemesanan produk tertentu dari Nvidia.
Menurut FT, mengutip sumber anonim, Administrasi Siber China memerintahkan perusahaan untuk menghentikan semua pengujian dan rencana pembelian chip RTX Pro 6000D dari Nvidia, prosesor canggih yang dibuat khusus untuk negara tersebut.
CEO Nvidia, Jensen Huang, mengatakan pada Rabu bahwa ia “kecewa” dengan laporan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, tidak mengonfirmasi adanya pembatasan baru ketika ditanya soal laporan itu dalam konferensi pers rutin pada Kamis.
“Kami selalu menentang praktik diskriminatif yang menargetkan negara tertentu dalam isu ekonomi, perdagangan, dan teknologi,” ujarnya.
“China bersedia mempertahankan dialog dan kerja sama dengan semua pihak untuk menjaga stabilitas rantai pasokan global.”
Upaya Beijing untuk memperkuat penggunaan chip produksi domestik semakin mendapat momentum setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump menyulitkan perusahaan seperti Nvidia untuk menjual prosesor AI berperforma tinggi ke China.
Laporan FT juga menyebut regulator Beijing baru-baru ini memanggil Huawei dan Cambricon — produsen chip domestik lain — untuk membahas bagaimana produk mereka dibandingkan dengan chip Nvidia di pasar China.