Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate di level 4,75 persen dalam rapat kebijakan terbaru. Keputusan tersebut sesuai dengan perkiraan mayoritas ekonom dan diikuti dengan tidak berubahnya suku bunga kebijakan utama lainnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan langkah ini sejalan dengan fokus bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Ia menegaskan BI tetap mencermati dampak pelonggaran moneter sebelumnya, setelah memangkas suku bunga total 150 basis poin sejak September 2024 hingga September 2025 untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Meski demikian, Perry menyebut peluang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka. Menurutnya, inflasi yang diperkirakan tetap rendah pada 2026 serta kebutuhan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi pertimbangan utama. “Besaran dan waktu pelonggaran akan dievaluasi dari bulan ke bulan dengan mempertimbangkan inflasi, pertumbuhan ekonomi, stabilitas nilai tukar, dan kondisi moneter lainnya,” ujarnya.
Stabilitas rupiah dan prospek pelonggaran ke depan
BI juga menegaskan komitmennya memperluas likuiditas di pasar keuangan dengan menjaga pertumbuhan uang primer di level dua digit. Untuk mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan, BI menyesuaikan kebijakan insentif likuiditas, di mana bank yang lebih agresif menurunkan suku bunga pinjaman akan mendapat kelonggaran lebih besar dalam pemenuhan giro wajib minimum.
Sepanjang tahun ini, rupiah tercatat sebagai salah satu mata uang terlemah di kawasan Asia emerging terhadap dolar AS. Namun, setelah pengumuman kebijakan BI, rupiah berbalik menguat tipis sekitar 0,03 persen pada perdagangan Rabu. Perry kembali menegaskan kesiapan BI melakukan intervensi di pasar valas, baik di pasar spot maupun non-deliverable forward, termasuk di pasar luar negeri, untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Dari sisi pemerintah, upaya memperkuat pasokan dolar domestik juga dilakukan melalui rencana perubahan aturan retensi devisa hasil ekspor, agar eksportir menahan dana dolar AS lebih lama di dalam negeri mulai tahun depan.
BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,9–5,7 persen pada tahun depan, setelah diperkirakan tumbuh 4,7–5,5 persen pada 2025. Sementara itu, inflasi hingga November tercatat 2,72 persen, masih berada dalam sasaran BI sebesar 1,5–3,5 persen dan diperkirakan tetap terjaga pada tahun depan.




















