Para pemegang saham Tesla dengan suara bulat mendukung paket kompensasi raksasa bagi CEO Elon Musk yang nilainya bisa mencapai US$1 triliun.
Paket tersebut dirancang untuk memastikan Musk tetap memimpin produsen mobil listrik itu dalam mengembangkan teknologi terobosan di bidang kecerdasan buatan (AI) dan robotika. Menurut pejabat Tesla, lebih dari 75 persen pemegang saham menyetujui rencana ini dalam rapat umum tahunan perusahaan pada Kamis.
Seperti paket kompensasi yang disetujui Tesla pada 2018, rencana baru yang terdiri dari 12 tahap ini mengaitkan pembayaran Musk dengan target yang luar biasa: menaikkan valuasi pasar Tesla dari sekitar US$1,4 triliun menjadi US$8,5 triliun, sekaligus memenuhi sejumlah sasaran besar lainnya.
Target tersebut mencakup penjualan satu juta robot humanoid dan memperoleh 10 juta pelanggan berbayar untuk perangkat lunak mengemudi otomatis Tesla.
Untuk mencapai valuasi sebesar itu, harga saham Tesla harus naik 466 persen dari level saat ini — atau sekitar 70 persen lebih tinggi dari Nvidia, yang baru saja menjadi perusahaan paling bernilai di dunia dengan kapitalisasi pasar 5 triliun dolar pekan lalu.
Kebangkitan mobil robot
Meski begitu, Tesla menghadapi tantangan besar. Penjualan dan laba perusahaan menurun pada paruh pertama tahun ini, ditambah dengan berakhirnya insentif pemerintah AS bagi pembeli kendaraan listrik.
Namun Musk dan para eksekutif Tesla tetap optimistis. Mereka mengatakan perusahaan kini tengah berevolusi melampaui sekadar produsen mobil listrik, dengan bertaruh pada masa depan yang dibangun di atas kendaraan otonom, “robotaksi”, dan robot humanoid.
Meskipun jalannya tidak mudah, hasil pemungutan suara ini membuka jalan bagi Musk untuk menjadi triliuner pertama dalam sejarah.
Kekayaan bersih Musk saat ini diperkirakan sekitar US$480 miliar, menurut daftar waktu nyata Forbes terbaru.
Ia masih menempati posisi orang terkaya di dunia, disusul CEO Oracle Larry Ellison dengan kekayaan US$350,7 miliar,, dan CEO Meta Mark Zuckerberg dengan kekayaan US$245,8 miliar, menurut Forbes.
Lulusan Universitas Pennsylvania yang sempat kuliah di Universitas Stanford ini pertama kali meraih jutaan dolar ketika menjual perusahaan perangkat lunak penerbitan daring miliknya kepada pembuat komputer AS, Compaq, senilai lebih dari US$300 juta pada 1999.

















