DUNIA
2 menit membaca
Saham IT India tertekan akibat aturan visa H-1B AS, tapi klarifikasi redakan kekhawatiran awal
Penjelasan AS bahwa biaya visa H-1B lebih tinggi hanya berlaku bagi pemohon baru membantu meredakan ketidakpastian, menurut asosiasi industri IT India Nasscom.
Saham IT India tertekan akibat aturan visa H-1B AS, tapi klarifikasi redakan kekhawatiran awal
Trump mengenakan biaya $100.000 untuk visa H-1B baru mulai hari Minggu. / Reuters
7 jam yang lalu

Saham teknologi informasi India melemah setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan biaya 100.000 dolar AS untuk aplikasi visa H-1B baru, kebijakan yang dipandang sebagai tantangan bagi model lama sektor ini yang mengirim pekerja terampil ke AS.

Trump pada Jumat lalu mengumumkan perusahaan harus membayar biaya lebih tinggi untuk visa H-1B baru. Tahun lalu, 71 persen penerima visa jenis ini berasal dari India.

Namun Gedung Putih kemudian menegaskan biaya tersebut hanya berlaku bagi pemohon baru, tidak untuk pemegang visa saat ini atau perpanjangan, serta merupakan pembayaran satu kali, bukan tahunan. Kebijakan ini akan berlaku mulai siklus visa 2026, memberi waktu bagi perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan lebih banyak perekrutan lokal.

Klarifikasi itu membantu meredakan kepanikan awal, ketika banyak pemegang visa H-1B sempat buru-buru kembali ke AS karena khawatir akan ditolak masuk kembali.

Nasscom, asosiasi industri IT India, menyebut kebijakan itu memangkas ketidakpastian, meski tetap memperkirakan biaya baru tersebut sedikit banyak akan berdampak pada sektor IT.

Para analis menilai biaya satu kali sebesar 100.000 dolar AS tetap memberatkan. Sektor IT India yang bernilai 283 miliar dolar AS dan memperoleh sekitar 57 persen pendapatan dari AS selama ini sangat bergantung pada program visa dan outsourcing.

‘Hanya nol koma sekian’

Nasscom menekankan bahwa pekerja H-1B hanya “nol koma sekian” dari keseluruhan tenaga kerja AS.

Perusahaan IT India belakangan memang sudah mengurangi ketergantungan pada visa H-1B. “Industri ini menggelontorkan lebih dari 1 miliar dolar AS untuk peningkatan keterampilan dan perekrutan lokal di AS, dan jumlah tenaga kerja lokal meningkat signifikan,” ujar Nasscom.

Pasar langsung bereaksi. Subindeks teknologi turun 2,6 persen pada Senin, setelah sempat jatuh hampir 4 persen menyusul kabar klarifikasi bahwa biaya lebih tinggi hanya berlaku bagi aplikasi H-1B baru.

Di perdagangan AS pada Jumat, saham Infosys turun 3,4 persen dan Wipro 2,1 persen. Pada Senin, seluruh 10 saham di subindeks teknologi melemah, dipimpin oleh Persistent Systems yang merosot 4 persen. Saham raksasa IT TCS, Wipro, dan Infosys masing-masing turun sekitar 2 persen.

Sejauh tahun ini, saham IT menjadi sektor dengan kinerja terburuk, turun 15,6 persen dibanding kenaikan 7,1 persen pada indeks acuan Nifty 50.

SUMBER:TRT World & Agencies