Shutdown pemerintah AS: Pekerja dirumahkan, layanan terhenti, warga merasakan dampaknya
POLITIK
3 menit membaca
Shutdown pemerintah AS: Pekerja dirumahkan, layanan terhenti, warga merasakan dampaknyaShutdown pemerintah AS membuat ribuan pekerja dirumahkan, layanan publik terhenti, program tertunda, dan Washington terasa lebih sunyi dari biasanya.
Gedung Capitol AS tampak hampir kosong pada hari Rabu di tengah hari pertama penutupan pemerintah. (Sadiq Bhat)
3 Oktober 2025

Washington, DC — Kubah Capitol tampak pucat di bawah cahaya Oktober, dengan koridor yang lebih sepi dari biasanya. Riuh langkah staf, suara turis, hingga derap sepatu pegawai terdengar jauh lebih jarang.

Seorang staf muda Kongres, menggenggam secangkir kopi dan ponsel, melangkah cepat melewati kerumunan kamera di luar gedung Kongres pada Rabu sore.

Sejak tengah malam, sejumlah layanan yang diandalkan warga Amerika terganggu, dan banyak fungsi pemerintahan federal lumpuh. Kebuntuan sengit antara Presiden AS Donald Trump dan Partai Demokrat di Kongres terkait anggaran memicu shutdown pemerintah untuk pertama kalinya dalam hampir tujuh tahun.

TRT World mencoba berbicara dengan seorang pekerja yang dirumahkan di luar Museum Smithsonian. Ia hanya menggeleng, menyebut dirinya bekerja di sana, lalu berbalik tanpa komentar. Diamnya terasa lebih berat dari kata-kata. Pekerja lain berbisik, “Saya disuruh menunggu di rumah. Tapi tagihan tidak bisa menunggu.”

Di antara layanan lain, bantuan bagi veteran yang kembali ke kehidupan sipil dihentikan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menunda komunikasi kesehatan publik.

Beberapa pengumpulan data dan analisis ekonomi, termasuk laporan ketenagakerjaan yang seharusnya dirilis Jumat, juga tertunda. Sebagian besar litigasi sipil di Departemen Kehakiman dihentikan. Tak ada hibah pendidikan baru yang dikeluarkan.

Daftarnya panjang.

Pemerintahan terhenti

Shutdown pemerintah bukanlah tontonan. Ia adalah keheningan. Sebuah mesin besar yang berhenti, dengan bagian-bagiannya tergantung di udara.

Sementara layanan krusial seperti keamanan nasional, pengendalian lalu lintas udara, dan pembayaran jaminan sosial tetap berjalan, sisanya — taman, lembaga, laporan, kantor, dan lainnya — membeku. Sekitar 750 ribu pekerja federal berpotensi dirumahkan.

Di sepanjang National Mall (taman luas di dekat pusat Washington, DC), turis tetap berjalan. Rombongan pelajar berceloteh, pemandu mereka bersuara lantang, menunjuk ke monumen, menyebutkan tanggal-tanggal sejarah.

Bagi pengunjung biasa, seolah tak ada yang salah. Keretakan itu tersembunyi dalam tumpukan dokumen, gaji yang tertunda, dan proyek yang berhenti.

“Kami sudah merencanakan perjalanan ini berbulan-bulan,” kata seorang turis dari luar negara bagian sambil memotret di dekat Capitol. “Aneh rasanya melihat semua keindahan ini, tapi mendengar pemerintah bahkan tidak bekerja.”

Seorang anggota rombongan menimpali: “Jadi taman ditutup, tapi kami masih bisa berjalan-jalan? Tidak masuk akal.”

Pemerintah federal AS resmi memasuki shutdown sejak tengah malam 1 Oktober 2025, setelah Kongres gagal meloloskan rancangan anggaran di tengah perpecahan tajam antara Demokrat dan Republik, dengan saling menyalahkan soal negosiasi yang mandek.

'Tidak ada yang memberi tahu kami'

Meski beberapa fungsi masih berjalan, banyak roda pemerintahan sehari-hari berhenti. Pertarungan hanya soal angka di kertas, tapi bayangannya jatuh ke kehidupan biasa.

Di tangga Capitol, seorang perempuan berjas merah berhenti, mengambil foto di depan pilar marmer. Para jurnalis menengok sebentar, lalu kembali ke ponsel mereka, menggulir pernyataan, kabar terbaru, dan potongan informasi.

Tak jauh, seorang polisi Capitol bergeser di posnya, memperhatikan kerumunan kamera dan turis.

Shutdown tidak banyak mengubah tugas kami,” katanya kepada TRT World. “Kami tetap berdiri di sini, mengawasi keadaan.” Polisi lain mengangkat bahu saat ditanya berapa lama ini akan berlangsung. “Bisa beberapa hari. Bisa berminggu-minggu. Tidak ada yang memberi tahu kami apa-apa.”

Menjelang sore, udara semakin dingin. Kubah Capitol berkilau di langit Oktober. Namun di dalam, suasana tetap tebal, hampir tanpa napas.

Pada Rabu, Senat AS menggelar dua pemungutan suara terkait rancangan anggaran yang sama dengan hari Selasa. Keduanya gagal, membuat shutdown pemerintah terus berlanjut.

Sementara itu, Washington menjalaninya dengan diam. Monumennya tetap kokoh, politiknya tetap kaku, dan warga Amerika melanjutkan hidup dalam bayang-bayang mesin pemerintahan yang tersendat.

SUMBER:TRT World
Jelajahi
Trump menetapkan Arab Saudi sebagai 'sekutu utama non-NATO'
Trump, Putra Mahkota Saudi bahas Perjanjian Abraham, konflik Israel-Palestina, dan kesepakatan F-35
Menhan RI Sjafrie kunjungi Yokosuka dalam rangka pertemuan 2+2 Indonesia - Jepang
AS telah membawa kapal induk terbesar di dunia ke perairan dekat Venezuela. Apa artinya?
Trump yakin Greene tak akan berbalik, namun langkah barunya justru mengguncang Washington
Kampus-kampus AS dilaporkan alami penurunan 17% mahasiswa internasional baru
Trump akan berbicara dengan Maduro, tapi tak menutup kemungkinan pengerahan pasukan ke Venezuela
Trump sebut AS akan jual jet F-35 ke Arab Saudi jelang kunjungan putra mahkota ke Gedung Putih
Presiden Prabowo menerima penghargaan tertinggi dari Raja Yordania
Ibu kota Ukraina Kiev diserang Rusia secara 'masif': walikota
China vs AS: Siapa yang akan kalah dalam perang dagang?
Prabowo dan Albanese teken perjanjian pertahanan bilateral di Sydney
G7 mendesak 'gencatan senjata segera' di Ukraina, berjanji mengambil tindakan lebih keras terhadap Rusia
Trump sahkan RUU pendanaan menjadi undang-undang, mengakhiri penutupan pemerintahan bersejarah
Demokrat hentikan kebuntuan pemerintahan AS, tapi perpecahan di tubuh partai makin terlihat
Prabowo Subianto lakukan kunjungan perdana ke Australia sebagai presiden
Warga Suriah rayakan kunjungan Ahmed al Sharaa ke Gedung Putih dengan sorak, bendera, dan tari dabke
Politik sayap kanan Amerika terbelah: "America First" versus "Israel First"
Serangan Trump terhadap Amerika Latin adalah upaya untuk mengubah struktur kekuatan global
Trump ancam Nigeria, bagaimana ini akan berdampak pada politik yang bergejolak di Afrika Barat?