Sekitar tiga pekan setelah banjir bandang dan longsor melanda Tapanuli Tengah, Dusun II Aek Mranti di Desa Rampa masih terputus dari dunia luar. Akses darat menuju kawasan tersebut belum pulih akibat timbunan lumpur dan material longsoran yang menutup jalan utama, membuat ratusan warga bertahan dalam kondisi terisolasi.
Kepala Urusan Umum dan Perencanaan Desa Rampa, Roberto Hutagalung mengatakan jalur menuju Aek Mranti belum dapat dilalui dari dua arah utama, baik Tarutung maupun Sibolga.
“Kondisi terkini Dusun Aek Mranti masih terisolasi. Arah ke Tarutung belum tembus, arah ke Sibolga sama juga,” katanya dikutip dari RRI.
Upaya pemulihan terkendala oleh cuaca yang belum stabil. Hujan masih turun hampir setiap hari, memicu kekhawatiran akan longsor lanjutan di sejumlah titik rawan. Roberto menyebut, meskipun intensitas hujan tidak selalu tinggi, kondisi tersebut cukup untuk memperparah longsoran yang sudah ada dan memperlambat pembersihan jalan.
Terputusnya akses darat berdampak langsung pada distribusi bantuan.
Sejauh ini, pasokan logistik hanya bisa masuk melalui helikopter, yang dinilai tidak mampu memenuhi kebutuhan harian warga. “Bantuan lewat heli sebenarnya tidak mencukupi kebutuhan masyarakat sehari-hari,” ujar Roberto.
Akibatnya, sebagian warga harus berjalan kaki selama berjam-jam menuju Kota Sibolga untuk mengambil bantuan dan kebutuhan pokok.
Menurut laporan RRI, krisis juga meluas ke kebutuhan dasar lainnya, terutama air bersih. Warga melaporkan sumber air di sekitar dusun menjadi keruh dan berbau, sehingga tidak layak digunakan untuk minum maupun keperluan rumah tangga.
Dari tiga dusun di Desa Rampa, hanya Dusun II Aek Mranti yang masih terisolasi. Warga setempat berharap pembukaan jalan dapat segera direalisasikan agar aktivitas ekonomi dan akses terhadap sembako kembali normal.
















