Uni Eropa akan memulai kembali misi sipil untuk memantau perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir pada hari Rabu, sebagai bagian dari dukungan terhadap kesepakatan gencatan senjata, kata diplomat tertinggi blok tersebut pada hari Senin.
"Uni Eropa siap melakukan bagiannya," tulis Kaja Kallas di X setelah Hamas membebaskan kelompok pertama sandera Israel sebagai bagian dari perjanjian tersebut.
"Misi ini dapat memainkan peran penting dalam mendukung gencatan senjata," tambahnya.
Blok yang terdiri dari 27 negara ini mendirikan misi sipil pada tahun 2005 untuk membantu memantau perbatasan Rafah, tetapi misi tersebut ditangguhkan dua tahun kemudian setelah kelompok perlawanan Hamas mengambil alih Gaza.
Misi pemantauan EUBAM bertujuan untuk menyediakan kehadiran netral dari pihak ketiga di perbatasan penting tersebut dan melibatkan polisi dari Italia, Spanyol, dan Prancis.
Misi ini sempat dikerahkan kembali pada bulan Januari tetapi ditangguhkan lagi pada bulan Maret.
Menyambut pembebasan sandera pada hari Senin, Kallas menyoroti peran Presiden AS Donald Trump dalam "tonggak penting menuju perdamaian" ini, dengan mengatakan bahwa pemimpin tersebut "membuat terobosan ini menjadi mungkin."
Dalam pernyataan terpisah, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa KTT Gaza pada hari Senin di Sharm el-Sheikh yang menyelesaikan perjanjian untuk mengakhiri perang akan menjadi "tonggak sejarah."
Blok ini "sepenuhnya mendukung rencana perdamaian yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, Mesir, dan Turkiye," tulisnya.
"Kami siap berkontribusi pada keberhasilannya dengan semua alat yang kami miliki," tambahnya, termasuk dengan "memberikan dukungan pada tata kelola dan reformasi Otoritas Palestina."
Uni Eropa diwakili di Sharm el-Sheikh oleh Antonio Costa, yang memimpin Dewan Eropa dari negara-negara anggota blok tersebut.
