Indonesia, Azerbaijan, dan Pakistan menjadi kandidat utama untuk menyediakan pasukan bagi kekuatan stabilisasi di Gaza di masa depan, menurut situs berita Amerika, Politico.
Mengutip seorang pejabat pertahanan AS dan mantan pejabat pertahanan Amerika, laporan tersebut menyebutkan bahwa ketiga negara tersebut "telah menunjukkan minat paling besar" untuk mengirim pasukan ke wilayah Palestina yang telah dikepung oleh Israel dari darat, laut, dan udara sejak 2005.
"Negosiasi mengenai komposisi pasukan masih berlangsung, dan belum ada negara yang memberikan komitmen tegas. Namun, negara-negara ini telah menunjukkan minat paling besar," kata para pejabat tersebut kepada Politico.
Di bawah rencana 20 poin Presiden AS Donald Trump, AS akan mengembangkan kerangka kerja keamanan bersama mitra Arab, Muslim, dan internasional lainnya untuk mengerahkan "Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF) sementara" di wilayah Gaza yang telah mengalami kehancuran akibat genosida selama 733 hari oleh Israel. Dalam periode tersebut, Tel Aviv telah menewaskan ratusan ribu warga Palestina, menghancurkan infrastruktur dan rumah-rumah, serta menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya mengungsi.
Pasukan stabilisasi ini akan melatih dan mendukung kepolisian Palestina. AS, yang telah mengerahkan 200 tentara ke Israel untuk membantu koordinasi gencatan senjata, menyatakan bahwa tidak akan ada tentara Amerika yang ditempatkan di Gaza.

Türkiye, Mesir, dan Qatar telah menandatangani dokumen perdamaian dengan Trump awal pekan ini, berjanji mendukung rencana presiden AS tersebut untuk mengakhiri genosida, sekaligus menjadi penjamin gencatan senjata saat ini. Gencatan senjata ini sebagian besar telah bertahan sejak kelompok perlawanan Hamas membebaskan semua sandera Israel yang masih hidup serta menyerahkan jenazah beberapa sandera, dan kini sedang mencari sisa jenazah lainnya.
Setelah pernyataan Presiden Recep Tayyip Erdogan bahwa Ankara akan berpartisipasi dalam gugus tugas untuk memantau gencatan senjata di Gaza, Kementerian Pertahanan Türkiye menegaskan kembali kesiapan mereka untuk menjalankan misi apa pun, menurut laporan dari Daily Sabah.
"Angkatan Bersenjata Türkiye, yang telah berpartisipasi dalam berbagai misi internasional yang dibentuk oleh berbagai organisasi untuk memastikan perdamaian dan keamanan di berbagai wilayah, telah mendapatkan penghormatan dari semua pihak berkat profesionalisme dan sikap adil mereka," lapor situs berita tersebut.
Tahap kedua dari rencana Trump mencakup pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza, pembentukan pasukan multinasional, dan perlucutan senjata Hamas.
Trump menyatakan pada hari Selasa bahwa ia telah menyampaikan kepada Hamas bahwa kelompok tersebut harus melucuti senjata atau akan dipaksa untuk melakukannya.